Sabtu, 17 Juli 2021
CERMINAN DAN NILAI MULIA AL-ASMĀ` AL-ḤUSNA
Berbagai perilaku dapat kita lakukan sebagai
cerminan dari al-Asmā` al-Ḥusna. Dengan al-Asmā` al-Ḥusna kita mengusahakan kebaikan sebagai cerminan
atas-Nya. Al- Asmā` al-Ḥusna merupakan
gabungan dari dua kata yaitu al-Asma` berarti
nama-nama, merupakan jama’ taksīr dari
kata ismun berarti nama dan al-Ḥusna berarti paling baik, merupakan wazan mubālaghah dari kata ḥusnun berarti
baik. Dengan demikian pengertian al-
Asmā` al-Ḥusna adalah nama-nama yang paling baik yang Allah
Swt. perkenalkan melalui al- āyāt
al-qauliyyah-Nya
Pada pembahasan bab pertama ini, kita akan
mendalami al-Afuww, al-Razzāq, al- Malik,
al-Hasīb, al-Hādi, al-Khālik dan al-Hakīm
beserta cerminan perilaku yang bisa diambil dari-Nya.
A.
Maha Pemaaf (Al-‘Afuww)
1.
Pengertian Al-‘Afuww
Nama al-‘Afuww merupakan nama ke-83 dari 99 al-Asmā` al-Ḥusnā. Kata al- ‘Afuww,
terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf ‘ain, fa`, dan wauw.
Maknanya yaitu meninggalkan sesuatu dan memintanya. Dari sini lahir kata ‘afwu yang berarti meninggalkan sanksi
terhadap yang bersalah (memaafkan). Dalam beberapa kamus kata ‘afwu berarti menghapus, membinasakan
dan mencabut akar sesuatu.
Kata al-‘Afuww berarti Allah Maha memafkan kesalahan hambanya. Pemaafan
Allah tidak hanya tertuju pada mereka yang bersalah secara tidak sengaja atau
melakukan kesalahan yang tidak diketahui, melainkan pemaafan secara universal
diberikan kepada semua hamba-Nya bahkan sebelum mereka meminta maaf. Allah
Swt.
berfirman Sesungguhnya orang-orang yang
berpaling di antara kamu ketika terjadi
pertemuan
(pertempuran) antara dua pasukan itu, sesungguhnya mereka digelincirkan oleh
setan, disebabkan sebagian kesalahan (dosa) yang telah mereka perbuat (pada
masa lampau), tetapi Allah benar-benar telah memaafkan mereka. Sungguh, Allah
maha Pengampun, Maha Penyantun” (QS. Ali
‘Imrān [3]: 155)
Dalam al-Qur`an kata ‘afwu ditemukan ada 35 kali dengan
berbagai bentuk dan makna. Dan kata ‘afwu
ditemukan tiga kali yang merujuk kepada Allah.
2.Teladan dari
nama baik Al-‘Afuww
a. Meyakini bahwa Allah memaafkan kesalahan
hambanya
b.
Perintah untuk menjadi manusia pemaaf dan
penutup aib orang lain
B.
Maha Pemberi Rezeki (Ar-Razzāq)
1.
Pengertian Ar-Razzāq
Nama ar-Razzāq
merupakan nama ke-18 dari 99 al-Asmā`
al-Ḥusnā. Kata Ar-
Razzāq terambil dari akar kata ra`,
za`, dan qaf, berarti rezeki atau
penghidupan. Dalam KBBI, rezeki berarti sesuatu yang dipakai untuk memelihara
kehidupan, dapat berupa makanan, nafkah, dan hal-hal lain
Imam Ghazali
menjelaskan kata ar-Razzāq adalah Dia
yang menciptakan rezeki dan menciptakan yang memberi rezeki, serta Dia pula
yang mengantarnya kepada mereka dan menciptakan sebab-sebab sehingga mereka
dapat menikmatinya.
Dalam al-Qur`an, ayat-ayat yang
menggunakan akar kata razaqa banyak ditemukan.
Akan tetapi ayat yang mengandung kata ar-Razzāq
hanya ditemukan pada Surah ad-Dzāriyāt [51]: 58:
“Sesungguhnya
Allah adalah Ar-Razzāq (Maha Pemberi Rezeki) yang memiliki kekuatan yang
kukuh”. (QS. ad-Dzāriyāt [51]: 58)
2.
Teladan dari sifat Ar-Razzāq
a.
Meyakini
bahwa Allah menjamin rezeki setiap makhluk-Nya serta berusaha mendapatkan rezeki
Allah menjamin rezeki makhluknya
dengan menjadikan bumi ini sebagai bahagian dari rezeki-Nya. Allah menjadikan
bumi ini kaya akan sumber daya alam yang dapat dikelola oleh manusia. Oleh
karena itu, kita harus jeli melihat peluang rezeki dalam bumi yang kaya ini.
Agar jeli melihat peluang ini, kita harus melewati tiga syarat yaitu: 1) Berusaha
dengan maksimal dengan cara yang baik;
2) Yakin bahwa keberhasilan akan
diraih dengan usaha maksimal; 3) Memasrahkan diri atas hasil apapun yang telah
didapatkan.
b.
Saling
berbagi rezeki kepada makhluk lain
ALLAH maha Penguasa (Al-Malik)
3.
Pengertian Al-Malik
Nama al-Malik merupakan nama ke-18 dari 99 al-Asmā` al-Ḥusnā. Kata al- Malik secara
umum diartikan raja atau penguasa. Kata al-Malik
terdiri dari huruf mim, lam, dan kaf yang rangkaiannya mengandung arti
kekuatan dan kesahihan. Imam al-Ghazali menjelaskan arti al-Malik ialah Dia yang tidak butuh pada sesuatu dan Dia adalah
yang dibutuhkan. Dia adalah Penguasa dan Pemilik secara mutlak segala hal yang
ada. Hasilnya, al-Malik memiliki
kuasa atas pengendalian dan pemeliharaan kekuasaan-Nya.
Dalam al-Qur
an, kata al-Malik terulang sebanyak
lima kali. Dan dua
diantaranya
dirangkaikan dengan kata ḥaq
dalam arti
pasti dan sempurna yakni pada Surah Thāhā [20]: 114 dan Surah al-Mu`minūn [23]:
116. Allah berfirman:
“Maka Maha
Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa
membaca al-Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan
Katakanlah: "Ya Tuhanku,
tambahkanlah kepadaku ilmupengetahuan." (QS. Thāhā [20]: 114)
4.
Teladan dari nama baik Al-Malik
a. Meyakini bahwa Allah Maha
Menguasai segala kekuasaan
b.
Meminta izin
kepada pemilik barang dan bertanggung jawab
Selain meminta izin kepada Allah,
manusia diminta bertanggung jawab atas segala hal yang mereka lakukan
lebih-lebih kepada orang yang dianugerahi kerajaan-Nya (dunia).
Raja (penerima amanat) di dunia
pun dituntut untuk mengatur dan mengendalikan kehidupan di dunia dengan
sebaik-baiknya. Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa raja yang hakiki yaitu, 1)
Kerajaannya berupa kalbu dan wadah kalbunya, 2) Bala tentaranya ialah syahwat,
amarah, dan nafsunya, 3) Rakyatnya adalah lidah, mata, tangan, dan seluruh
anggota badannya.
Maha
Mencukupi dan Maha Pembuat Perhitungan (Al-Ḥasīb)
5.
Pengertian Al-Ḥasīb
Nama al-Ḥasīb merupakan nama ke-41 dari 99 al-Asmā` al-Ḥusnā. Kata al- Ḥasīb
berakar kata
dari huruf ḥa`,
sin, dan ba` mempunyai arti menghitung dan
mencukupkan. Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa al-Ḥasīb merupakan Dia yang mencukupi
siapa yang mengandalkannya. Sifat ini tidak disandang kecuali Allah sendiri,
karena Allah saja lah yang dapat mencukupi dan diandalkan oleh semua makhluk.
6.
Teladan dari nama baik Al-Ḥasīb