Kamis 25 Februari 2021
Pemikiran
Tokoh-tokoh Pembaruan Dalam Islam
Muhamamd
Ali Pasha (1765-1849 M)
MuhammadAli
Pasha melakukan pembenahan ekonomi dan militer di Mesir. Atas saran para
penasihatnya, ia juga melakukan program pengiriman tentara untuk belajar di
Eropa. Pemerintahan Muhammad Ali Pasha menandai permulaan diferensiasi yang
sebenarnya antara struktur politik dan ke agamaan di Mesir.Muhammad Ali
berkuasa penuh. Ia telah menjadi wakil Sultan dengan resmi . di Mesir dan
rakyat sendiri tidak mempunyai organisasi dan kekuatan untuk menentang
kekuasannya.
Muhammad
Ali Pasha mendapatkan kepercayaan sebagai pemimpin militer pada era Daulah
Usmani dan menjadi seorang pemimpin tersohor kebanggaan negara Mesir, terutama
dalam merevolusi negara tersebut menjadi sebuah negara industri dan modern.
Bahkan, orang Mesir sendiri mengenalnya sebagai seorang pahlawan. Walaupun
tidak dilahirkan di Mesir dan tidak berbahasa Arab, namun keinginannya untuk
membangun dan meningkatkan sumber penghasilan ekonomi bagi negara Mesir sangat
besar. Inisiatif, visi dan semangat yang dimilikinya tak mampu ditandingi
pahlawan-pahlawan lain yang sezaman dengannya.
MuhammadAli
Pasha adalah pendiri Daulah Mesir yang keturunannya memerintah Mesir sampai
tahun 1952. Kemunculannya di Mesir tahun 1799 sebagai salah seorang di antara
300 orang anggota pasukan yang dikirim Albania atas perintah Sultan Usmani
untuk mengusir Perancis. Pada awalnya ia berkedudukan sebagai penasehat
komandan pasukan Albania, karena kecakapannya dalam memimpin maka ia diangkat
menjadi komandan penuh.Setelah berhasil mengusir Napoleon dari Mesir, ia
diangkat menjadi jendral tahun 1801. Pada bulan Nopember 1805 ia menjadi
penguasa di Mesir dan bulan April 1806 ia diangkat menjadi Wali Negara Mesir
dengan gelar Pasha.
Beberapa pembaruan yang dilakukan Muhammad Ali Pasha:
1. Dalam
Bidang Militer
Pada
tahun 1815 M untuk pertama kalinya Mesir mendirikan Sekolah Militer yang
sebagian besar instrukturnya didatangkan dari Eropa. Tidak hanya itu, namun ia
juga banyak mengimpor persenjataan buatan Eropa seperti buatan Jerman atau
Inggris. Terinspirasi oleh pelatihan militer bangsa Eropa, Muhammad Ali Pasha
kemudian melatih militernya berdasarkan Nidzam
al- Jadidatau bisa disebut dengan peraturan baru. Tentara Mesir diatur
dengan disiplin dan mulai memperkuatkannya dengan menjadikan para petani luar
daerah untuk mengikuti wajib militer. Upaya itu ternyata cukup berhasil untuk
menjadikan kekuatan militer Mesir semakin berkembang.
2. Bidang
Ekonomi dan Sosial
Untuk
meningkatkan perkembangan ekonomi Muhammad Ali Pasha juga membangun sistem
irigasi, sehingga hasil pertanian menjadi lebih baik. Usaha Muhammad Ali Pasha
yang hebat adalah menyelesaikan pembangunan sebuah terusan kuno yang
menghubungkan antara Alexandria dengan sungai Nil. Menurut beberapa sumber,
upaya tersebut diawali dengan penggalian yang mengerahkan kurang lebih 100.000
petani Mesir.
3. Dalam
Bidang Pendidikan
Muhammad
Ali Pasha menaruh perhatian besar pada perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini
terbukti dengan dibentuknya kementerian pendidikan. Setelah itu didirikan
Sekolah Militer tahun 1815 M, Sekolah Teknik tahun 1816 M, Sekolah Kedokteran
tahun 1827 M, Sekolah Pertanian dan Apoteker tahun 1829 M, Sekolah Pertambangan
tahun 1834 M dan Sekolah Penerjemah tahun 1839 M.Selain itu, ia juga banyak
mengirim pelajar ke Perancis untuk belajar pengetahuan berupa sains dan
teknologi Barat di Perancis.
Menurut
catatan sejarah ia mengirim 311 pelajar Mesir ke Italia, Perancis, Inggris dan
Austria dengan mengambil disiplin keilmuan yang beragam seperti kemiliteran,
ilmu administrasi, arsitek, kedokteran dan obat-obatan. Selain mendirikan
beberapa sekolah dan mengirim pelajar ke luar Muhammad Ali Pasha juga melakukan
penerjemahan buku-buku terbitan Eropa dalam skala yang besar. Dalam program
penerjemahan tersebut Muhammad Ali Pasha menunjuk Rifa`ah At-Tahtawi. Dalam
masa kepemimpinan Rifa’ah, sekolah penterjemah berkembang lebih baik dengan
menggencarkan penterjemahan buku-buku Barat, seperti buku filsafat, ilmu
militer, ilmu fisika, ilmu bumi, logika, antropologi, ilmu politik dan lain sebagainya.Muhammad Ali Pasha menerbitkan
majalah al-Waqa'i al-Mishriyah (Berita
Mesir) berbahasa Arab pertama kalinya pada tahun 1828 M. Majalah ini merupakan
majalah resmi yang diterbitkan oleh pemerintah.
Jamaluddin Al-Afghani
Kembalinya
Jamaluddin Al-Afghanike India untuk kedua kalinya setelah pergi meninggalkan
Mesir karena ketidaksenangan Inggris yang telah menghasut kaum teolog untuk
melawan Jamaluddin Al-Afghaniatas kegiatan-kegiatannya yang menyebabkan
banyaknya orang Kristen yang masuk Islam. Di sini, Al- Afghanimenuliskan
risalah yang sangat terkenal,Risalah fi
Ar-Radd al- Masihiyah(Pembuktian Kesalahan Kaum Materialis), risalah ini
menimbulkan gejolak besar kalangan materialis.
Jamaluddin
al-Afghani pernah menerbitkan jurnal Al-Urwah
Al-Wutsqa yang mengecam keras Barat. Jurnal tersebut juga dikenal sebagai
jurnal anti penjajahan, yang diterbitkan di Paris. Jurnal ini segera menjadi
barometer perlawanan imperialisme dunia Islam yang merekam komentar, opini, dan
analisis bukan saja dari tokoh-tokoh Islam dunia, tetapi juga ilmuwan-ilmuwan
barat yang penasaran dan kagum dengan kecemerlangan Al-Afghani.Pada tahun 1889, Al-Afghani diundang ke Persia untuk
suatu urusan persengketaan politik antara Persia dengan Rusia. Bersamaan dengan
itu al-Afghani melihat ketidakberesan politik dalam negeri Persia sendiri.
Karenanya, Jamaluddin Al-Afghani menganjurkan perombakan sistem politik yang
masih otokratis.Kontribusi al-Afghani yang lain adalah perlawanan terhadap
kolonial barat yang menjajah negeri-negeri Islam.Dalam rangka usaha
membangkitkan semangat umat Islam serta pengembalian keutuhan umat Islam,
Al-Afghanimenganjurkan pembentukan suatu ikatan politik yang mempersatukan
seluruh umat Islam berupa gerakan Pan-
Islamisme. Pan-Islamisme menghendaki
persatuan umat Islam sebagai kekuatan bersama untuk membebaskan dirinya dari
penjajahan dan membangun kekuatan bersama.
Al-Afghani
adalah sosok yang mengabdikan dirinya untuk mengingatkan dan membangkitkan
dunia Islam, yang menurutnya harus meninggalkan perselisihan dan berjuang
bersama. Beliau juga membangkitkan semangat nasionalisme di negara- negara yang
pernah di kunjunginya, sehingga Al-Afghani mendapat julukan sebagai bapak Nasionalisme Islam.
Ikatan
tersebut, yang didasarkan atas solidaritas akidah Islam, bertujuan membina
kesetiakawanan dan pesatuan umat Islam dalam perjuangan; pertama, menentang sistem pemerintahan yang dispotik atau sewenang-wenang, dan menggantikannya dengan sistem
pemerintahan yang berdasarkan musyawarah seperti yang diajarkan Islam, hal ini
juga berarti menentang sistem pemerintahan Usmaniyah yang absolut. Kedua, menentang
kolonialisme dan dominasi Barat.
Al-Afghanimenilai
penyebab kemunduran di dunia Islam, adalah tidak adanya keadilan dan syura (dewan) serta tidak setianya
pemerintah pada konstitusi dikarenakan pemerintahan yang sewenang-wenang,
inilah alasan mengapa pemikir di negara-negara Islam di timur tidak bisa
mencerahkan masyarakat tentang intisari dan kebaikan dari pemerintahan republik.
Bagi
Al-Afghani, pemerintah rakyat adalah “pemerintahan yang terbatas”, pemerintahan
yang yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, dan karenanya
merupakan lawan dari pemerintahan absolut.
Merupakan suatu pemerintah yang berkonsultasi dalam mengatur, membebaskan dari
beban yang diletakkan pemerintahan despotik
dan mengangkat dari keadaan membusuk ke tingkat kesempurnaan.
Dua tujuan pokok Jamaludiin
Al Afghani :
1.
semangat baru di Timur sehingga ia
menghidupkan kembali kebudayaan, ilmu pengetahuan, pendidikan, kebersihan
agamanya yang kaya, sehingga membebaskan kepercayaannya dari dunia mistik, dan
menjernihkan moralnya dari apa yang telah terkumpul di sekitar mereka dan
kemudian kembali kepada kekuasaan dan landasan yang pernah mereka pegang dan miliki.
2. Melawan
dominasi asing (Imperialisme Barat) sehingga negara-negara Timur dikembalikan
kepada kemerdekaannya, yang diperkuat oleh ikatan kebersamaan untuk menghalau
bahaya yang datang dari bangsa Barat.
Muhammad Abduh
Ide-ide Pembaruan Muhammad Abduh;
Faktor
Utama Kemunduran Umat Islam adalah JumudMuhammad
Abduh berpandangan bahwa penyakit yang melanda negara- negara Islam adalah
adanya kerancuan pemikiran agama di kalangan umat Islam sebagai konsekuensi
datangnya peradaban Barat dan adanya tuntutan dunia Islam modern. Sebab yang
membawa kemunduran umat Islam adalah bukan karena ajaran Islam itu sendiri,
melainkan adanya sikap jumud di tubuh
umat Islam. Menurut Muhammad Abduh Al-Islamu
mahjubun bil muslimin. Jumud yaitu
keadaan membeku/statis, sehingga umat tidak mau menerima perubahan, yang
dengannya membawa bibit kepada kemunduran umat saat ini (al-Jumud ‘illatun tazawwul).Seperti dikemukakan Muhammad Abduh
dalam al-Islam baina al-’Ilm wa
al-Madaniyyah, dijelaskan bahwa sikap jumud dibawa ke tubuh Islam oleh
orang- orang yang bukan Arab, yang merampas puncak kekuasaan politik di dunia
Islam. Mereka juga membawa faham animisme, tidak mementingkan pemakaian akal,
jahil dan tidak kenal ilmu pengetahuan. Rakyat harus dibutakan dalam hal ilmu
pengetahuan agar tetap bodoh.
Bidang
Masalah Ijtihad
Muhammad
Abduh banyak menonjolkan pemikiran Ibn Taimiyyah tentang Ibadah dan Muamalah.
Bahwa ajaran-ajaran yang terdapat dalam Qur’an dan hadis bersifat tegas, jelas
dan terperinci. Sebaliknya, ajaran-ajaran mengenai hidup kemasyarakatan umat
hanya merupakan dasar-dasar dan prinsip umum tidak terperinci, serta sedikit
jumlahnya. Oleh karena sifatnya yang umum tanpa perincian, maka ajaran tersebut
dapat disesuaikan dengan zaman. Penyesuaian dasar-dasar itu dengan situasi
modern dilakukan dengan mengadakan interpretasi baru. Untuk itu, Ijtihad perlu dibuka. Dalam kitab Tarikh
Hashri al-Ijtihad dikutip pendapat ‘Abduh mengenai ijtihad sebagai
berikut:“Sesungguhnya kehidupan sosial
manusia selalu mengalami perubahan, selalu terdapat hal-hal baru yang belum
pernah ada pada zaman sebelumnya. Ijtihad adalah jalan yang telah ada dalam
syariat Islam sebagai sarana untuk menghubungkan hal-hal baru dalam kehidupan
manusia dengan ilmu-ilmu Islam, meskipun ilmu-ilmu Islam telah dibahas
seluruhnya oleh para
ulama terdahulu. ”
Selanjutnya,
menurut Muhammad Abduh, untuk orang yang telah memenuhi syarat ijtihad di bidang muamalah dan hukum
kemasyarakatan bisa didasarkan langsung pada Alquran dan Hadis dan disesuaikan
dengan zaman. Sedangkan ibadah tidak menghendaki perubahan menurut zaman.
Pendapat
tentang dibukanya pintu ijtihad bukan semata-mata pada hati tetapi pada akal.
Al-Qur'an memberikan kedudukan yang tinggi bagi akal. Islam, menurutnya adalah
agama rasional. Mempergunakan akal adalah salah satu dasar Islam. Iman
seseorang takkan sempurna tanpa akal. Agama dan akal yang pertama kali mengikat
tali persaudaraan.
Bidang
Ilmu Pengetahuan Islam (Pendidikan)
Seperti
dikutip Fazlur Rahman, Muhammad Abduh menyatakan bahwa ilmu pengetahuan modern
banyak berdasar pada hukum alam (sunnatullah,
yang tidak bertentangan dengan Islam yang sebenarnya). Sunnatullah adalah ciptaan Allah SWT. Wahyu juga berasal dari
Allah. Jadi, karena keduanya datang dari Allah, tidak dapat bertentangan satu
dengan yang lainnya. Islam mesti sesuai dengan ilmu pengetahuan modern dan,
yang modern mesti sesuai dengan Islam, sebagaimana zaman keemasan Islam yang melindungi
ilmu pengetahuan.Dengan penuh semangat, Muhammad Abduh menyuarakan penggalian
sains dan penanaman semangat ilmiah Barat. Kemajuan Eropa karena belahan dunia
ini telah mengambil yang terbaik dari ajaran Islam. Islam pasti mampu
beradaptasi dengan dunia modern. Muhammad Abduh ingin membuktikan bahwa Islam
adalah agama rasional yang dapat menjadi basis kehidupan modern.
Sebagai
konsekuensi dari pendapatnya, Muhammad Abduh berupaya
untuk memperbarui pendidikan dan pelajaran modern, yang dimaksudkan agar
para ulama kelak tahu kebudayaan modern dan mampu menyelesaikan persoalan
modern. Pendidikan adalah hal terpenting dalam kehidupan manusia dan dapat
merubah segala sesuatu.Muhammad
Abduh memperjuangkan sistem pendidikan fungsional yang bukan impor, yang
mencakup pendidikan universal bagi semua anak, laki-laki dan perempuan.
Semuanya harus punya kemampuan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung.
Semuanya harus mendapat pendidikan agama, yang mengabaikan perbedaan sektarian
dan menyoroti perbedaan antara Kristen dan Islam.Isi dan lama pendidikan
haruslah beragam, sesuai dengan tujuan dan profesiMuhammad
Abduh percaya bahwa anak petani dan tukang harus mendapat pendidikan minimum,
agar mereka dapat meneruskan jejak ayah mereka. Kurikulum sekolah ini harus
meliputi: (1) buku ikhtisar doktrin Islam yang berdasarkan ajaran Sunni dan
tidak menyebut-nyebut perbedaan sektarian;
(2)
teks ringkas yang memaparkan secara garis besar fondasi kehidupan etika dan
moral dan menunjukkan mana yang benar dan yang salah; dan (3) teks ringkas
sejarah hidup Nabi Muhammad Saw, kehidupan shahabat, dan sebab-sebab kejayaan
Islam.
Sedangkan
untuk sekolah menengah haruslah mereka yang ingin mempelajari syariat, militer,
kedokteran, atau ingin bekerja ada pemerintah. Kurikulumnya haruslah meliputi,
antara lain: (1) buku yang memberikan pengantar pengetahuan, seni logika,
prinsip penalaran; (2) teks tentang doktrin, yang menyampaikan soal-soal
seperti dalil rasional, menentukan posisi tengah dalam upaya menghindarkan
konflik, pembahasan lebih irnci mengenai perbedaan antara Kristen dan Islam,
dan keefektifan doktrin Islam dalam membentuk kehidupan di dunia dan akherat;
(3) teks yang menjelaskan mana yang benar dan salah, penggunaan nalar dan
prinsip-prinsip doktrin; serta (4) teks sejarah yang meliputi berbagai
penaklukan dan penyebaran Islam.
Adapun
pendidikan yang lebih tinggi lagi untuk guru dan kepala sekolah, dengan
kurikulum yang lebih lengkap, mencakup: (1) tafsir al-Qur’an; (2) ilmu bahasa
dan bahasa Arab; (3) ilmu hadis; (4) studi moralitas (etika); (5) prinsip-
prinsip fiqh; (6) seni berbicara dan meyakinkan; dan (7) teologi dan pemahaman
doktrin secara rasional.
3.
Bidang Keluarga dan Wanita
Menurut
Muhammad Abduh, pondasi terpenting dari masyarakat baru adalah individu. Umat
terdiri dari unit-unit keluarga. Kalau unit-unit ini tidak memberikan
lingkungan yang sehat dan fungsional bagi perkembangan individu di dalamnya,
maka pondasi masyarakat akan runtuh.
Menurut
Muhammad Abduh, jika wanita memang punya kualitas pemimpin dan kualitas membuat
keputusan, maka keunggulan pria tak berlaku lagi. Muhammad Abduh juga
berpendapat bahwa, penyebab perpecahan atau fitnah dalam masyarakat adalah
karena pria mengumbar hawa nafsunya.
Latihan
tulis ringkasa pemikiran dari M Ali Pasha, Jamaluddin Al afghani dan Muhammmad Abdu kemudian kirim ke no saya