Sabtu, 06 Februari 2021

SKI IX MTs

 


Sejarah Kerajaan Malaka

Pada Awal abad ke-15 M, terjadi perang samudra di kerajaan majapahit. Dalam peperangan tersebut. seorang pangeran kerajaan majapahit yang bernama Parameswara diiringi para pengikut nya melarikan diri dari daerah Blambangan ke Turmasik (singapura). Daerah turmasik dianggap kurang aman dan kurang sesuai untuk mendirikan kerajaan, karena itu Parameswara beserta pengikutnya melanjutkan perjalanan ke arah utara sampai di Semenanjung Malaya.

Di daerah itu, Paramisora membangun sebuah kampong bersama para pengikutnya dengan di bantu oleh para petani dan nelayan setempat. Perkampungan itu di beri nama Malaka. daerah perkampungan yang baru di bangun itu mengalami perkembangan yang cukup pesat karena letaknya yang strategis, yaitu di tepi jalur pelayaran dan perdagangan selat malaka.

Dalam dunia Perdagangan, Malaka berkembang sebagai antar penghubung antara dunia barat dengan dunia timur. Aktivitas perdagangan di selat malaka pada waktu itu di dominasi oleh perdangan islam. Untuk itu, Paramisora memutuskan menganut Agama Islam. Ia pun mengganti namanya menjadi Iskandar Syah dan menjadikan kerajaan malaka sebagai kerajaan islam.

Letak Geografis Kerajaan Malaka

Letak-Geografis-Kerajaan-Malaka

Kerajaan Malaka secara geografis berada dijalur pelayaran dan perdagangan internasional, yaitu Selat Malaka (Semenanjung Malaya). Pada masa kejayaannya, Kerajaan Malaka adalah pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Asia Tenggara.

 

Raja Kerajaan Malaka

Berikut ini terdapat beberapa raja yang memerintah pada masa kerajaan malaka, antara lain sebagai berikut:

 

Iskandar Syah (1396-1414 M)

Pada abad ke-15 M, di Majapahit terjadi perang paregreg yang mengakibatkan Paramisora (Parameswara) melarikan diri bersama pengikutnya dari daerah Blambangan ke Tumasik (Singapura), kemudian melanjutkan perjalanannya sampai ke Semenanjung Malaya dan mendirikan Kp. Malaka

Secara geografis, posisi Kp. Malaka sangat strategis, yaitu di Selat Malaka, sehingga banyak dikunjungi para pedagang dari berbagai Negara terutama para pedagang Islam, sehigga kehidupan perekonomian Kp. Malaka berkembang pesat,

Untuk meningkatkan aktivitas perdagangan di Malaka, maka Paramisora menganut agama Islam dan merubah namanya menjadi Iskandar Syah, kemudian menjadikan Kp. Malaka menjadi Kerajaan Islam.

Untuk menjaga keamanan Kerajaan Malaka, Iskandar Syah meminta bantuan kepada Kaisar China dengan menyatakan takluk kepadanya (1405 M).

 

Muhammad Iskandar Syah (1414-1424 M)

Merupakan putra dari Iskandar Syah, pada masa pemerintahannya wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka diperluas lagi hingga mencapai seluruh Semenanjung Malaya.

Untuk menjadi Kerajaan Malaka sebagai penguasa tunggal jalur pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka, maka harus berhadapan dengan Kerajaan Samudera Pasai yang kekuatannya lebih besar dan tidak mungkin untuk bisa dikalahkan, maka dipilih melalui jalur politik perkawinan dengan cara menikahi putri Kerajaan Samudera Pasai, sehingga cita-citanya dapat tercapai.

 

Mudzafat Syah (1424-1458 M)

Setelah berhasil menyingkirkan Muhammad Iskandar Syah, ia kemudian naik tahta dengan gelar sultan (Mudzafat Syah merupakan raja Kerajaan Malaka yang pertama bergelar Sultan).

Pada masa pemerintahannya, terjadi serangan dari Kerajaan Siam (serangan dari darat dan laut), namun dapat digagalkan.

Mengadakan perluasan wilayah ke  daerah-daerah yang berada di sekitar Kerajaan Malaka seperti Pahang, Indragiri dan Kampar.

 

Sultan Mansyur Syah (1458-1477 M)

Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka mencapai puncak kejayaan sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara.

 

Puncak kejayaan dicapai berkat Sultan Mansyur Syah meneruskan politik ayahnya dengan memperluas wilayah kekuasaanya, baik di Semananjung Malaya maupun di wilayah Sumatera Tengah (Kerajaan Siam berhasil ditaklukan). Raja Siam  tewas dalam pertempuran , tetapi putra mahkotanya ditawan dan dikawinkan dengan putri sultan sendiri kemudian diangkat menjadi raja dengan gelar Ibrahim. Indragiri mengakui kekuasaan Malaka.

Kerajaan Samudera Pasai, Jambi dan Palembang tidak serang karena menghormati Majapahit yang berkuasa pada waktu itu, selain itu Kerajaan Aru juga tetap sebagai kerajaan merdeka.

Kejayaan Kerajaan Malaka tidak lepas dari jasa Laksamana Hang Tuah yang kebesarannya disamakan dengan kebesaran Patih Gajah Mada dari Kerajaan Mahapahit. Cerita Hang Tuah ditulis dalam sebuah Hikayat, Hikayat Hang Tuah.

 

Sultan Alaudin Syah (1477-188 M)

Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka mulai mengalami kemunduran, satu persatu wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka mulai melepaskan diri. Hal ini disebabkan oleh karena Sultan Alaudin Syah bukan merupakan raja yang cakap.

 

Sultan Mahmud Syah (1488-1511 M)

Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka merupakan kerajaan yang sangat lemah, wilayah kekuasaannya meliputi sebagian kecil Semenanjung Malaya, hal ini menambah suram kondisi Kerajaan Malaka.

Pada tahun 1511 M, terjadi serangan dari bangsa Portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Alberquerque dan berhasil Merebut Kerajaan Malaka. Akhirnya Malaka pun jatuh ke tangan Portugis.

Kehidupan Politik Kerajaan Malaka

Dalam menjalankan dan menyelenggarakan politik negara, ternyata para sultan menganut paham politik hidup berdampingan secara damai (co-existence policy) yang dijalankan secara efektif. Politik hidup berdampingan secara damai dilakukan melalui hubungan diplomatik dan ikatan perkawinan. Politik ini dilakukan untuk menjaga keamanan internal dan eksternal Malaka.

Dua kerajaan besar pada waktu itu yang harus diwaspadai adalah Cina dan Majapahit. Maka, Malaka kemudian menjalin hubungan damai dengan kedua kerajaan besar ini. Sebagai tindak lanjut dari politik negara tersebut, Parameswara kemudian menikah dengan salah seorang putri Majapahit. Sultan-sultan yang memerintah setelah Prameswara (Muhammad Iskandar Syah)) tetap menjalankan politik bertetangga baik tersebut

 

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Malaka

Malaka memungut pajak penjualan, bea cukai barang-barang yang masuk dan keluar, yang banyak memasukkan uang ke kas negara. Sementara itu, raja maupun pejabat-pejabat penting memperoleh upeti atau persembahan dari pedagang yang dapat menjadikan mereka sangat kaya.

Suatu hal yang penting dari Kerajaan Malaka adalah adanya undang-undang laut yang berisi pengaturan pelayaran dan perdagangan di wilayah kerajaan. Untuk mempermudah terjalinnya komunikasi antar pedagang maka bahasa Melayu (Kwu-lun) dijadikan sebagai bahasa perantara.

Kehidupan Sosial-Budaya Kerajaan Malaka

Pada kehidupan budaya, Perkembangan seni sastra Melayu mengalami perkembangan yang sangat pesat seperti munculnya karya karya sastra yang menggambarkan tokoh tokoh kepahlawanan dari kerajaan Malaka seperti Hikayat Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir dan Hikayat Hang Jebat.

Sedangkan Kehidupan Sosial Kerajaan Malaka dipengaruhi oleh faktor letak, keadaan alam dan lingkungan wilayahnya. Sebagai masyarakat yang hidup dari dunia maritim, hubungan sosial masyarakat sangatlah kurang dan bahkan mereka cenderung mengarah ke sifat sifat individualisme. Kelompok masyarakat pun bermunculan, seperti adanya golongan buruh dan majikan.

 

Masa Kejayaan Kerajaan Malaka

Kejayaan yang dicapai oleh kerajaan Malaka disebabakan oleh beberapa faktor penting yaitu:

Parameswara telah mengambil kesempatan untuk menjalin hubungan baik dengan negara Cina ketika laksaman Yin Ching mengunjungi Melaka Pada tahun 1403.

Salah seorang dari sultam Malaka telah menikahi seorang putri dari negara Cina yang bernama putri Hang Li Po.

Hubungan erat antara Melaka dengan Cina telah memberi banyak manfaat kepada Malaka,Malaka mendapat perlindungan dari Cina yang merupakan pemegang kekuasaan terbesar di dunia pada masa itu untuk menghindari serangan Siam.Pada masa pemerintahan  Sultan Muzaffar Syah  dengan dibantu oleh Bendahara Tuan Perak dan Laksamana  Hang Tuah, Kesultanan malaka mengalami multan Masa kejayaannya. Sultan Mansyur Syah dapat menguasai pahang, kerajaan-kerajaan kecil di sumatera, kampar, siak, dan rokan untuk di taklukkan dan   diislamkan.

Malaka tidak hanya berfungsi sebagai pusat niaga di Asia Tenggara, tetapi juga merupakan pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara. Di malaka para pedagang Islam dari Arab, India, dan Persia tidak hanya melakukan aktivitas dagang, tetapi juga merupakan pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara.

Di Malaka para pedagang Islam dari Arab, India, dan Persia tidak hanya melakukan aktivitas dagang, tetapi juga menyebarkan Islam kepada para pedagang yang ada di Malaka. Dalam konteks ini, kita dapat melihat bahwa Malaka tidak hanya sebagai bandar niaga yang terbesar di Asia Tenggara, tetapi telah berperan sebagai sarana pengubah keyakinan masyarakat Asia tenggara. Perubahan ini terjadi secara damai, tidak melalui jalan pemaksaan.

Sultan Mansyur Syah wafat pada tahun 1447 dan digantikan  oleh putranya, Raja Husin. Setelah menjabat, Raja Husin di beri gelar Sultan Alauddin Riayat Syah. Sultan ini memerintah pada tahun 1477-1488. Sebagai seorang sultan, Sultan Riayat Syah tinggal melanjutkan usaha ayahnya dalam mengembangkan Malaka sebaagai pusat perdagangan dan penyiaran Islam di Asia Tenggara.

Sultan Riayat Syah adalah seorang pemimpin yang tegas dan berani. Jika dibawa ke masa awal islam, maka karekter Sultan Riayat Syah mirip dengan karekter  kepemimpinan Umar bin Khathab Radhiyallahu Anhu. Pada suatu malam, Sultan sendiri bersama dua orang pengawalnya turun langsung melakukan ronda untuk menagkap pencuri dan sultan pun berhasil menangkap pencuri.

Pada masa Sultan Riayat Syah Malaka semakain makmur. Ia juga menerapkan syariat islam tentang potong tangan bagi mereka yang terbukti melakukan pencurian. Dengan diberlakukannya syariat Islam, Malaka mampu menjadi sebuah negara yang aman dan makmur. Sultan Alauddin Riayat Syah wafat ketika sedang sibuk mempersiapkan persediaan untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.

Malaka mengalami masa kejayaan sebagai kesultanan islam pada abad ke-15. Dimana pada masa kejayaannya malaka tampil sebagai pusat pengajian dan penyebaran Islam terbesar di Asia Tenggara. Bahkan para sultan yang berkuasa mendatangkan ulama-ulama dari luar negri seperti, Makhdum Sayyid Abdul Aziz, Maulana Abu, Kadhi Yusuf, Kadhi Manua, Khadi Munawar Syah, Dan Maulana Sadar Johan.

Para penguasa Kesultanan Malaka sangat menghormati dan memberikan kedudukan yang tinggi kepada para ulama.

 

Runtuhnya Kerajaan Malaka

Pengganti Sultan Alauddin Riayat Syah adalah Sultan Mahmud Syah. Sultan ini memerintah pada tahun 1488-1511. Dampak dari stabilitas tersebut adalah kerajaan malaka menjadi buruk karena pada waktu itu yang memimpin adalah seorang  Sultan Mahmud Syah yang masih kecil dalam memerintah kerajaan Malaka, Sultan Mahmud Syah adalah Sultan Malaka yang terakhir sebelum Malaka jatuh ke tangan portugis.

Sultan yang kecil itu dibantu oleh bendahara, Laksamana, dan para pembesar kesultanan. Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah, Malaka mulai memperlihatkan kemundurannya, karena sultan mahmud Syah belum mampu memerintah sebagaimana sultan-sultan sebelumnya. Kemunduran malaka juga disebabkan oleh meninggalnya Tuan Perak sebagai bendahara Kesultanan Malaka yang berpengaruh.

Tuan Perak meninggal pada tahun 1489dan jabatannya sebagai bendahara digantikan oleh Tuan Putih. Lain halnya denganTuan Perak, Tuan putih tidak memiliki karekter seperti Tuan Perak. Tuan Putih adalah seorang bendahara yang lemah, angkuh, dan gemar mengumpulkan kekayaan. Kondisi malaka yang sedang mengalami krisis kepemimpinan diperparah dengan datangnyaserbuan portugis.

Pada tahun1511, Portugis di bawah pimpinan Alfonso d”Albuquerque datang dari Goa, India dan menyerang Kesultanan Malaka dan akhirnya Malaka sebagai pusat niaga dan pusat penyiaran Islam terbesar di Asia Tenggara berhasil ditaklukkan oleh portugis. Dalam perang melawan portugis, Sultan Mahmud Syah berhasil menyelamatkan diri ke pahang, kemudian ke johordan kemudian ke bintan. Akhirnya, Pada tahun 1529, Sultan Mahmud Syah meninggal dalam pelarian di kampar, Riau.

 

Peninggalan Kerajaan Malaka

Berikut ini terdapat beberapa peninggalan kerajaan malaka, antara lain sebagai berikut:

Masjid Agung Deli

Masjid Raya Baitulrahman Aceh.

Masjid Johor Baru.

Benteng A’Farmosa, yang merupakan bukti penaklukkan Malaka oleh pasukan Portugis.

Mata uang, yang merupakan peninggalan dari akhir abad ke-15.

uji kompetensi ski xi mts


Soal Tryout UAMNUBK MA

 soal aqidah  Soal Try out Aqidah Akhlak UAMNUBK MA