KERAJAAN
GOA DAN TALLO
Kerajaan Gowa-Tallo merupakan
gabungan dari dua kerajaan yang berasal dari garis darah sama yakni Kerajaan
Gowa. Dikenal pula dengan nama Kerajaan Makassar. Wilayah kekuasaannya
terbentang sampai kawasan timur Nusantara.
Saat Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa,
meletus perlawanan sengit melawan Kongsi Dagang atau Perusahaan Dagang Belanda
di Hindia Timur (Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC) yang melakukan
monopoli perdagangan rempah-rempah dari Kepulauan Maluku.
Berikut sejarah Kerajaan Gowa-Tallo :
1. Berasal dari Dua Kerajaan
yang Bersaudara
Kerajaan Gowa menurut
Ahmad M. Sewang dalam bukunya Islamisasi Kerajaan Gowa : Abad XVI
sampai abad XVII pertama kali dipimpin oleh Tomanurung. Pelantikan
Tomanurung diperkiran terjadi pada abad XIV. Tidak ada catatan tertulis terkait
lama pemerintahan Tomanurung.
Catatan terkait Kerajaan Gowa baru ada pada masa pemerintahan Raja Gowa VI,
Tonangka Lopi. Raja ini membagi wilayahnya ke dalam dua wilayah yang dipimpin
dua putranya yakni Batara Gowa dan Karaeng Loe Sero.
Batara Gowa melanjutkan kekuasaan di Kerajaan Gowa sebagai Raja Gowa VII saat
Toangka Lopi meninggal dunia. Wilayah kekuasaannya meliputi Paccelekang,
Pattalasang, Bontomanai Ilau, Bontomanai 'Iraya, Tombolo, dan Mangasa.
Sementara Karaeng Loe Sero mendirikan kerajaan baru bernama Kerajaan Tallo yang
meliputi Saumata, Pannampu, Moncong Loe, dan Parang Loe. Kedua kerajaan yang
masih berkerabat ini tak pernah akur. Bertahun-tahun terjadi perang karena
persaingan. Sampai akhirnya Kerajaan Tallo mengalami kekalahan.
Pada masa pemerintahan Raja Gowa X, I Mariogau Daeng Bonto Karaeng Lakiung
Tonipalangga Ulaweng (1512-1546) terjadi kesepatakan untuk menyatukan kedua
kerajaan itu yang kemudian disebut Kerajaan
Gowa-Tallo. Kesepakatan itu diperkirakan terjadi pada akhir masa
pemerintahan Raja Gowa X.
Para sejarawan kerap menamakan Kerajaan Gowa-Tallo ini dengan sebutan Kerajaan Makassar.
Namun akhirnya nama Kerajaan Gowa yang tetap paling populer. Para sultan
berasal dari garis keturunan Gowa, sedangkan perdana menterinya berasal dari
garis Tallo. Penyatuan dua kerajaan ini membankitkan kekuatan besar di pulau
Sulawesi bagian selatan.
2. Sultan Pertama bernama
Tunipalangga
Tunipalangga diangkat menjadi raja pertama Kerajaan Gowa Tallo. Perdana menteri dari
Tallo, Nappakata'tana Daeng Padulung. Mereka melakukan ekspansi ke kerajaan tetangga
yang terletak di pedalaman Bugis dan perairan Teluk Bone.
Diantaranya Siang, Bacukiki, Suppa, dan Sidenreng, juga Bajeng, Lengkese,
Polombangkeng, Lamuru, Soppeng, Lamatti, Wajo, Duri, Panaikang, Bulukumba,
Bone, dan sejumlah kerajaan kecil lainnya. Untuk menghadapi invasi Kerajaan
Gowa-Tallo itu, pemimpin Kerajaan Bone, Wajo dan Soppeng memutuskan untuk
berkoalisi.
3. Elite Kerajaan Gowa-Tallo
memeluk Islam pada 1605
Pemimpin Kerajaan Gowa-Tallo secara resmi memeluk agama Islam pada 22 September
1605. Pedagang Melayu yang bermukim di Makassar mengenalkan agama Islam pada
raja dengan mengundang sejumlah ulama dari Minangkabau. Sebelum berdakwah di
Kerajaan Gowa-Tallo, ulama ini mengenalkan Islam pada Raja Luwu.
Raja Gowa XIV I Mangarangi Daeng Manrabia, mengikrarkan dirinya menjadi seorang
Muslim. Dia kemudian mengganti namanya menjadi Sultan Alauddin. Sultan Alauddin
kemudian menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan pada 1607.
4. Perang Dahsyat Melawan VOC
Belanda
Cucu Sultan Alauddin, bernama Sultan Hasanuddin naik takhta pada November 1653.
Dia membawa Kerajaan Gowa-Tallo mencapai puncak kejayaan dengan menguasai jalur
perdagangan utama di Nusantara bagian timur. Hasanuddin akhirnya berhadapan
dengan VOC yang melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah dari Kepulauan
Maluku.
Pertempuran akhirnya meletus pada 1660. Selama 7 tahun berperang, Sultan
Hasanuddin terpaksa menyerah dan bersedia diajak berunding. Perundingan itu
dilakukan pada 18 November 1667 dan dikenal dengan nama Perjanjian Bungaya.
Hasanuddin yang tak puas memberontak. Namun VOC akhirnya meruntuhkan perlawanan
kerajaan ini pada 12 Juni 1669.
Sultan Hasanuddin akhirnya turun dari takhta. Setahun kemudian dia wafat. Sejak
itu kejayaan Kerajaan
Gowa-Tallo memudar.