Kamis 25 Februari 2022
Pemikiran Tokoh-tokoh Pembaruan Dalam Islam
Muhamamd Ali Pasha (1765-1849 M)
MuhammadAli Pasha melakukan pembenahan ekonomi dan militer di Mesir. Atas saran para penasihatnya, ia juga melakukan program pengiriman tentara untuk belajar di Eropa. Pemerintahan Muhammad Ali Pasha menandai permulaan diferensiasi yang sebenarnya antara struktur politik dan ke agamaan di Mesir.Muhammad Ali berkuasa penuh. Ia telah menjadi wakil Sultan dengan resmi . di Mesir dan rakyat sendiri tidak mempunyai organisasi dan kekuatan untuk menentang kekuasannya.
Muhammad Ali Pasha mendapatkan kepercayaan sebagai pemimpin militer pada era Daulah Usmani dan menjadi seorang pemimpin tersohor kebanggaan negara Mesir, terutama dalam merevolusi negara tersebut menjadi sebuah negara industri dan modern. Bahkan, orang Mesir sendiri mengenalnya sebagai seorang pahlawan. Walaupun tidak dilahirkan di Mesir dan tidak berbahasa Arab, namun keinginannya untuk membangun dan meningkatkan sumber penghasilan ekonomi bagi negara Mesir sangat besar. Inisiatif, visi dan semangat yang dimilikinya tak mampu ditandingi pahlawan-pahlawan lain yang sezaman dengannya.
MuhammadAli Pasha adalah pendiri Daulah Mesir yang keturunannya memerintah Mesir sampai tahun 1952. Kemunculannya di Mesir tahun 1799 sebagai salah seorang di antara 300 orang anggota pasukan yang dikirim Albania atas perintah Sultan Usmani untuk mengusir Perancis. Pada awalnya ia berkedudukan sebagai penasehat komandan pasukan Albania, karena kecakapannya dalam memimpin maka ia diangkat menjadi komandan penuh.Setelah berhasil mengusir Napoleon dari Mesir, ia diangkat menjadi jendral tahun 1801. Pada bulan Nopember 1805 ia menjadi penguasa di Mesir dan bulan April 1806 ia diangkat menjadi Wali Negara Mesir dengan gelar Pasha.
Beberapa pembaruan yang dilakukan Muhammad Ali Pasha:
1. Dalam Bidang Militer
Pada tahun 1815 M untuk pertama kalinya Mesir mendirikan Sekolah Militer yang sebagian besar instrukturnya didatangkan dari Eropa. Tidak hanya itu, namun ia juga banyak mengimpor persenjataan buatan Eropa seperti buatan Jerman atau Inggris. Terinspirasi oleh pelatihan militer bangsa Eropa, Muhammad Ali Pasha kemudian melatih militernya berdasarkan Nidzam al- Jadidatau bisa disebut dengan peraturan baru. Tentara Mesir diatur dengan disiplin dan mulai memperkuatkannya dengan menjadikan para petani luar daerah untuk mengikuti wajib militer. Upaya itu ternyata cukup berhasil untuk menjadikan kekuatan militer Mesir semakin berkembang.
2. Bidang Ekonomi dan Sosial
Untuk meningkatkan perkembangan ekonomi Muhammad Ali Pasha juga membangun sistem irigasi, sehingga hasil pertanian menjadi lebih baik. Usaha Muhammad Ali Pasha yang hebat adalah menyelesaikan pembangunan sebuah terusan kuno yang menghubungkan antara Alexandria dengan sungai Nil. Menurut beberapa sumber, upaya tersebut diawali dengan penggalian yang mengerahkan kurang lebih 100.000 petani Mesir.
3. Dalam Bidang Pendidikan
Muhammad Ali Pasha menaruh perhatian besar pada perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini terbukti dengan dibentuknya kementerian pendidikan. Setelah itu didirikan Sekolah Militer tahun 1815 M, Sekolah Teknik tahun 1816 M, Sekolah Kedokteran tahun 1827 M, Sekolah Pertanian dan Apoteker tahun 1829 M, Sekolah Pertambangan tahun 1834 M dan Sekolah Penerjemah tahun 1839 M.Selain itu, ia juga banyak mengirim pelajar ke Perancis untuk belajar pengetahuan berupa sains dan teknologi Barat di Perancis.
Menurut catatan sejarah ia mengirim 311 pelajar Mesir ke Italia, Perancis, Inggris dan Austria dengan mengambil disiplin keilmuan yang beragam seperti kemiliteran, ilmu administrasi, arsitek, kedokteran dan obat-obatan. Selain mendirikan beberapa sekolah dan mengirim pelajar ke luar Muhammad Ali Pasha juga melakukan penerjemahan buku-buku terbitan Eropa dalam skala yang besar. Dalam program penerjemahan tersebut Muhammad Ali Pasha menunjuk Rifa`ah At-Tahtawi. Dalam masa kepemimpinan Rifa’ah, sekolah penterjemah berkembang lebih baik dengan menggencarkan penterjemahan buku-buku Barat, seperti buku filsafat, ilmu militer, ilmu fisika, ilmu bumi, logika, antropologi, ilmu politik dan lain sebagainya.Muhammad Ali Pasha menerbitkan majalah al-Waqa'i al-Mishriyah (Berita Mesir) berbahasa Arab pertama kalinya pada tahun 1828 M. Majalah ini merupakan majalah resmi yang diterbitkan oleh pemerintah.
Jamaluddin Al-Afghani
Kembalinya Jamaluddin Al-Afghanike India untuk kedua kalinya setelah pergi meninggalkan Mesir karena ketidaksenangan Inggris yang telah menghasut kaum teolog untuk melawan Jamaluddin Al-Afghaniatas kegiatan-kegiatannya yang menyebabkan banyaknya orang Kristen yang masuk Islam. Di sini, Al- Afghanimenuliskan risalah yang sangat terkenal,Risalah fi Ar-Radd al- Masihiyah(Pembuktian Kesalahan Kaum Materialis), risalah ini menimbulkan gejolak besar kalangan materialis.
Jamaluddin al-Afghani pernah menerbitkan jurnal Al-Urwah Al-Wutsqa yang mengecam keras Barat. Jurnal tersebut juga dikenal sebagai jurnal anti penjajahan, yang diterbitkan di Paris. Jurnal ini segera menjadi barometer perlawanan imperialisme dunia Islam yang merekam komentar, opini, dan analisis bukan saja dari tokoh-tokoh Islam dunia, tetapi juga ilmuwan-ilmuwan barat yang penasaran dan kagum dengan kecemerlangan Al-Afghani.Pada tahun 1889, Al-Afghani diundang ke Persia untuk suatu urusan persengketaan politik antara Persia dengan Rusia. Bersamaan dengan itu al-Afghani melihat ketidakberesan politik dalam negeri Persia sendiri. Karenanya, Jamaluddin Al-Afghani menganjurkan perombakan sistem politik yang masih otokratis.Kontribusi al-Afghani yang lain adalah perlawanan terhadap kolonial barat yang menjajah negeri-negeri Islam.Dalam rangka usaha membangkitkan semangat umat Islam serta pengembalian keutuhan umat Islam, Al-Afghanimenganjurkan pembentukan suatu ikatan politik yang mempersatukan seluruh umat Islam berupa gerakan Pan- Islamisme. Pan-Islamisme menghendaki persatuan umat Islam sebagai kekuatan bersama untuk membebaskan dirinya dari penjajahan dan membangun kekuatan bersama.
Al-Afghani adalah sosok yang mengabdikan dirinya untuk mengingatkan dan membangkitkan dunia Islam, yang menurutnya harus meninggalkan perselisihan dan berjuang bersama. Beliau juga membangkitkan semangat nasionalisme di negara- negara yang pernah di kunjunginya, sehingga Al-Afghani mendapat julukan sebagai bapak Nasionalisme Islam.
Ikatan tersebut, yang didasarkan atas solidaritas akidah Islam, bertujuan membina kesetiakawanan dan pesatuan umat Islam dalam perjuangan; pertama, menentang sistem pemerintahan yang dispotik atau sewenang-wenang, dan menggantikannya dengan sistem pemerintahan yang berdasarkan musyawarah seperti yang diajarkan Islam, hal ini juga berarti menentang sistem pemerintahan Usmaniyah yang absolut. Kedua, menentang kolonialisme dan dominasi Barat.
Al-Afghanimenilai penyebab kemunduran di dunia Islam, adalah tidak adanya keadilan dan syura (dewan) serta tidak setianya pemerintah pada konstitusi dikarenakan pemerintahan yang sewenang-wenang, inilah alasan mengapa pemikir di negara-negara Islam di timur tidak bisa mencerahkan masyarakat tentang intisari dan kebaikan dari pemerintahan republik.
Bagi Al-Afghani, pemerintah rakyat adalah “pemerintahan yang terbatas”, pemerintahan yang yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, dan karenanya merupakan lawan dari pemerintahan absolut. Merupakan suatu pemerintah yang berkonsultasi dalam mengatur, membebaskan dari beban yang diletakkan pemerintahan despotik dan mengangkat dari keadaan membusuk ke tingkat kesempurnaan.
Dua tujuan pokok Jamaludiin Al Afghani :
1. semangat baru di Timur sehingga ia menghidupkan kembali kebudayaan, ilmu pengetahuan, pendidikan, kebersihan agamanya yang kaya, sehingga membebaskan kepercayaannya dari dunia mistik, dan menjernihkan moralnya dari apa yang telah terkumpul di sekitar mereka dan kemudian kembali kepada kekuasaan dan landasan yang pernah mereka pegang dan miliki.
2. Melawan dominasi asing (Imperialisme Barat) sehingga negara-negara Timur dikembalikan kepada kemerdekaannya, yang diperkuat oleh ikatan kebersamaan untuk menghalau bahaya yang datang dari bangsa Barat.
Muhammad Abduh
Ide-ide Pembaruan Muhammad Abduh;
Faktor Utama Kemunduran Umat Islam adalah JumudMuhammad Abduh berpandangan bahwa penyakit yang melanda negara- negara Islam adalah adanya kerancuan pemikiran agama di kalangan umat Islam sebagai konsekuensi datangnya peradaban Barat dan adanya tuntutan dunia Islam modern. Sebab yang membawa kemunduran umat Islam adalah bukan karena ajaran Islam itu sendiri, melainkan adanya sikap jumud di tubuh umat Islam. Menurut Muhammad Abduh Al-Islamu mahjubun bil muslimin. Jumud yaitu keadaan membeku/statis, sehingga umat tidak mau menerima perubahan, yang dengannya membawa bibit kepada kemunduran umat saat ini (al-Jumud ‘illatun tazawwul).Seperti dikemukakan Muhammad Abduh dalam al-Islam baina al-’Ilm wa al-Madaniyyah, dijelaskan bahwa sikap jumud dibawa ke tubuh Islam oleh orang- orang yang bukan Arab, yang merampas puncak kekuasaan politik di dunia Islam. Mereka juga membawa faham animisme, tidak mementingkan pemakaian akal, jahil dan tidak kenal ilmu pengetahuan. Rakyat harus dibutakan dalam hal ilmu pengetahuan agar tetap bodoh.
Bidang Masalah Ijtihad
Muhammad Abduh banyak menonjolkan pemikiran Ibn Taimiyyah tentang Ibadah dan Muamalah. Bahwa ajaran-ajaran yang terdapat dalam Qur’an dan hadis bersifat tegas, jelas dan terperinci. Sebaliknya, ajaran-ajaran mengenai hidup kemasyarakatan umat hanya merupakan dasar-dasar dan prinsip umum tidak terperinci, serta sedikit jumlahnya. Oleh karena sifatnya yang umum tanpa perincian, maka ajaran tersebut dapat disesuaikan dengan zaman. Penyesuaian dasar-dasar itu dengan situasi modern dilakukan dengan mengadakan interpretasi baru. Untuk itu, Ijtihad perlu dibuka. Dalam kitab Tarikh Hashri al-Ijtihad dikutip pendapat ‘Abduh mengenai ijtihad sebagai berikut:“Sesungguhnya kehidupan sosial manusia selalu mengalami perubahan, selalu terdapat hal-hal baru yang belum pernah ada pada zaman sebelumnya. Ijtihad adalah jalan yang telah ada dalam syariat Islam sebagai sarana untuk menghubungkan hal-hal baru dalam kehidupan manusia dengan ilmu-ilmu Islam, meskipun ilmu-ilmu Islam telah dibahas seluruhnya oleh para ulama terdahulu. ”
Selanjutnya, menurut Muhammad Abduh, untuk orang yang telah memenuhi syarat ijtihad di bidang muamalah dan hukum kemasyarakatan bisa didasarkan langsung pada Alquran dan Hadis dan disesuaikan dengan zaman. Sedangkan ibadah tidak menghendaki perubahan menurut zaman.
Pendapat tentang dibukanya pintu ijtihad bukan semata-mata pada hati tetapi pada akal. Al-Qur'an memberikan kedudukan yang tinggi bagi akal. Islam, menurutnya adalah agama rasional. Mempergunakan akal adalah salah satu dasar Islam. Iman seseorang takkan sempurna tanpa akal. Agama dan akal yang pertama kali mengikat tali persaudaraan.
Bidang Ilmu Pengetahuan Islam (Pendidikan)
Seperti dikutip Fazlur Rahman, Muhammad Abduh menyatakan bahwa ilmu pengetahuan modern banyak berdasar pada hukum alam (sunnatullah, yang tidak bertentangan dengan Islam yang sebenarnya). Sunnatullah adalah ciptaan Allah SWT. Wahyu juga berasal dari Allah. Jadi, karena keduanya datang dari Allah, tidak dapat bertentangan satu dengan yang lainnya. Islam mesti sesuai dengan ilmu pengetahuan modern dan, yang modern mesti sesuai dengan Islam, sebagaimana zaman keemasan Islam yang melindungi ilmu pengetahuan.Dengan penuh semangat, Muhammad Abduh menyuarakan penggalian sains dan penanaman semangat ilmiah Barat. Kemajuan Eropa karena belahan dunia ini telah mengambil yang terbaik dari ajaran Islam. Islam pasti mampu beradaptasi dengan dunia modern. Muhammad Abduh ingin membuktikan bahwa Islam adalah agama rasional yang dapat menjadi basis kehidupan modern.
Sebagai konsekuensi dari pendapatnya, Muhammad Abduh berupaya untuk memperbarui pendidikan dan pelajaran modern, yang dimaksudkan agar para ulama kelak tahu kebudayaan modern dan mampu menyelesaikan persoalan modern. Pendidikan adalah hal terpenting dalam kehidupan manusia dan dapat merubah segala sesuatu.Muhammad Abduh memperjuangkan sistem pendidikan fungsional yang bukan impor, yang mencakup pendidikan universal bagi semua anak, laki-laki dan perempuan. Semuanya harus punya kemampuan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. Semuanya harus mendapat pendidikan agama, yang mengabaikan perbedaan sektarian dan menyoroti perbedaan antara Kristen dan Islam.Isi dan lama pendidikan haruslah beragam, sesuai dengan tujuan dan profesiMuhammad Abduh percaya bahwa anak petani dan tukang harus mendapat pendidikan minimum, agar mereka dapat meneruskan jejak ayah mereka. Kurikulum sekolah ini harus meliputi: (1) buku ikhtisar doktrin Islam yang berdasarkan ajaran Sunni dan tidak menyebut-nyebut perbedaan sektarian;
(2) teks ringkas yang memaparkan secara garis besar fondasi kehidupan etika dan moral dan menunjukkan mana yang benar dan yang salah; dan (3) teks ringkas sejarah hidup Nabi Muhammad Saw, kehidupan shahabat, dan sebab-sebab kejayaan Islam.
Sedangkan untuk sekolah menengah haruslah mereka yang ingin mempelajari syariat, militer, kedokteran, atau ingin bekerja ada pemerintah. Kurikulumnya haruslah meliputi, antara lain: (1) buku yang memberikan pengantar pengetahuan, seni logika, prinsip penalaran; (2) teks tentang doktrin, yang menyampaikan soal-soal seperti dalil rasional, menentukan posisi tengah dalam upaya menghindarkan konflik, pembahasan lebih irnci mengenai perbedaan antara Kristen dan Islam, dan keefektifan doktrin Islam dalam membentuk kehidupan di dunia dan akherat; (3) teks yang menjelaskan mana yang benar dan salah, penggunaan nalar dan prinsip-prinsip doktrin; serta (4) teks sejarah yang meliputi berbagai penaklukan dan penyebaran Islam.
Adapun pendidikan yang lebih tinggi lagi untuk guru dan kepala sekolah, dengan kurikulum yang lebih lengkap, mencakup: (1) tafsir al-Qur’an; (2) ilmu bahasa dan bahasa Arab; (3) ilmu hadis; (4) studi moralitas (etika); (5) prinsip- prinsip fiqh; (6) seni berbicara dan meyakinkan; dan (7) teologi dan pemahaman doktrin secara rasional.
3. Bidang Keluarga dan Wanita
Menurut Muhammad Abduh, pondasi terpenting dari masyarakat baru adalah individu. Umat terdiri dari unit-unit keluarga. Kalau unit-unit ini tidak memberikan lingkungan yang sehat dan fungsional bagi perkembangan individu di dalamnya, maka pondasi masyarakat akan runtuh.
Menurut Muhammad Abduh, jika wanita memang punya kualitas pemimpin dan kualitas membuat keputusan, maka keunggulan pria tak berlaku lagi. Muhammad Abduh juga berpendapat bahwa, penyebab perpecahan atau fitnah dalam masyarakat adalah karena pria mengumbar hawa nafsunya.
Latihan
tulis ringkasa pemikiran dari M Ali Pasha, Jamaluddin Al afghani dan Muhammmad Abdu kemudian kirim ke no saya