BAB II
KHALIFAH-KHALIFAH
ABASIYAH YANG TERKENAL
DAN KEBIJAKAN PEMERINTAHAN ABASIYAH
TAMBAH WAWASAN
Perkembangan
peradaban mengalami puncak kejayaannya pada masa Abasiyah. Keadaan itu terjadi karena
peran para Khalifah dan kebijakan yang mereka tetapkan. Khalifah yang membuat
kebijakan dan menjadi khalifah pertama melaksanaan
kebijaka tersebut adalah Khalifah Harun al Rasyid dan
putranya al Makmun. Mereka berdua
adalah pembuat kebjikan tentang kewajiban
talabul ilmu dan mereka
sangat cinta ilmu.
37 khalifah bani Abasiyah yang memerintah
selama 505 tahun
No |
Khalifah |
Tahun |
No |
Kalifah |
Tahun |
1 |
Abu
Abbas Assafah |
132 –
136 H |
20 |
AL Rodhi |
322- 329
H |
2 |
Abu
Ja’far Al Mansur |
136 –
158 H |
21 |
AL
Muttaqi |
329- 333
H |
3 |
Al.Mahdi
bin Al Mansur |
158—169
H |
22 |
AL
Mustqfi |
333-334 H |
4 |
Abu Musa
Al Hadi |
169 –
170 H |
23 |
AL
Muthi’ |
334- 362
H |
5 |
Harun
Al Rasyid |
170 –
193 H |
24 |
AL Tha’i |
362-381 H |
6 |
Muhammad
Al Amin |
193- 198H |
25 |
AL Qadir |
381- 422
H |
7 |
AbdullahAL
Makmum |
198- 218 H |
26 |
AL Qo’im
|
422- 467
H |
8 |
Al Muktasim |
218- 227 H |
27 |
AL Muqtadir |
467- 487
H |
9 |
Al
Wastiq |
227- 232
H |
28 |
AL
Mustadir |
487-412 H |
10 |
Al Mutawakkil |
232- 247
H |
29 |
AL
Mustarsyid |
412- 429
H |
11 |
Al
Muntasir |
247- 248
H |
30 |
Ar
Rasydi |
429- 530
H |
12 |
AL
Mustain |
248- 252
H |
31 |
AL
Muktafi |
530-555 H |
13 |
AL
Mu’taz |
252- 255
H |
32 |
AL
Mustanji |
555-566 H |
14 |
AL
Muhtadi |
255- 256
H |
33 |
AL
Mustadhi |
566-575 H |
15 |
AL
Mu’tamid |
256- 279
H |
34 |
An
Nasyir |
575- 622
H |
16 |
AL
Mu’tadhid |
279- 289H |
35 |
Az Zahir |
622-623 H |
17 |
AL
Muktafi |
289- 295
H |
36 |
AL Mustansir |
623- 640
H |
18 |
AL
Muktadir |
295- 320
H |
37 |
Al.Mustahim
Billah |
640- 656
H |
19 |
Ar Qohir |
320- 322
H |
= |
|
= |
A.
KHALIFAH-KHALIFAH ABASIYAH
YANG TERKENAL
1. Abu Jakfar Al Mansur
Beliau di
kenal sebagai khalifah yang
cerdas dan tegas. Dialah
yang menetapkan tujuh
kebijakan khalifah yang menjadi pedoman pemerintahan bani Abasiyah. Tujuh kebijakan ini
di analisa oleh
para ahli sejarah bahwa, penyokong,
pendorong dan mampuh memberi
motivasi besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan di bani Abasiyah. Pada masa pemerintahan Abu Ja’far kerajaan
besar di selat
Bosporus dapat di taklukan
oleh pasukan Islam dan Ratu
Irene sebgai penguasa
wilayah itu takluk dan
membayar upeti yang
banyak pada Abu Ja’far al Mansur . Ratu
Irene harus membayar
mahal pada kekalahannya
tersebut. Ratu harus menjual
beberapa gereja hanya untuk mendapatkan emas ntuk
bayar kepada khalifah Abu Ja’far
Ulama besar Ibnu Tabatiba tentag
kehidupan al Mansur adalah,” al Mansur seoang raja
yang agung, tegas dan
bijaksana, alim, berfikir cerdas,
pemeintahannya rafi, amat disegani
oleh rakyat dan baik budi
pekertnya, Ibnu Tabatabi mengutip kata-kata Yazid bin Umara bin Hubairah
mengenai al Mansur: aku tidak pernah
menjumpai seorang laki-laki dimasa
perang atau damai yang
siap siaga, lebih bijak dan sadar dari pada al Mansur”
2. Harun Al Rasyid
Lahir di kota kecil Raiyi pada tahun 145 H = 767 M.
Ibunya seorang hamba yang juga
ibundanya al Hadi, ayahandanya adalah al Mahdi khalifah ketiga Abasiyah yang
memerintah selama 10 tahun.
Harun adalah seorang halifah
yang paling dihormati ,
alim dan sangat
di muliakan sepanjang usia menjadi khalifah. Pada waktu melaksanakan ibadah
haji, beliau bersembahyang seratus
rakaat seiap hari dan pergi menunaikan ibadah
haji dengan berjalan
kaki. Semua perbuatannya terutama
didalam bershadaqah sama
dengan al Mansur, beliau sangat
rahim dan pemurah behubungan
dengan harta benda yang
dimilikinya. Pemerintahan
khalifah Harun al Rasyid
adalah puncak keemasan bani
Abasiyah. Kota Bagdad sebagai
ibukota Negara telah mencapai puncak
kejayaannya pada masa itu.
Bukan khalifah saja
yang mendapatkan limpahan harta
kekyaan dari kejayaan
itu, akan tetapi
semua pembesar istanah
sepeti pegawai-pegawai
pemerintah, panglima-panglima
tentara dan para pekerja
istanah lainnya. Di dalam
kota Bagdad di bangun taman-taman
kota yang indah, saluran –saluran air yang jalan lancar.
Dizaman Harun al Rayid itu
juga Baitul Mal ditugaskan menanggung narapidana dengan memberikan setiap orang makanan
yang cukup serta pakaian musim panas dan musim dingin.
Khalifah Harun al Rasyid menjadikan program social tersebut di
atas sebagai tugas dan
tanggung jawab Baitu
Mal. Salah satu pogram Harun
al Rasyid yang
membuat beliau terkenal
adalah dengan mendirikannya,
Baitul Hikmah yang merupakan sebuah
instutisi kebdayaan dan fikiran
cemerlang pada zaman itu. Lembga intitusi kebudayaan terbesar dan
terlengkap ini menjadi
rujuan para pelajar eropa
yang belajar dari Islam, kemudian
kembali ke eropa mereka
kembangan menjadi lembaga-lembaga
kajian yang menjadi perintis jalan menuju masa Renaisance dan Industialisasi di eropa abad ke 17.
3. Al Makmum
Khaliafah al Makmum
berkuasa tahun 198H-218H,
dia dilahirkan dari seorang ibu hamba sahaya bernama Marajil. Dia
di lahirkan enam bulan lebih dahulu
dari saudara sebapak al
Amin. Sifat –sifat beliau yang
sangat menonjol diantaranya
pemaaf, beliau memaafkan peberontak
Fadhli bin ar Rabi’yah yang
telah menghasut komplotan
penjahat menentang dirinya. Beliau juga
memaafkan Ibrahim bin al Mahdi
yang telah melantik dirinya sebagai khalifah di
Bagdad pada waktu itu khalifah al Mamum sedang di luar
kota Bagdad. Walaupu
saudara-saudara al Makmum
menghendaki Ibrahi di bunuh
akan tetapi khalifah al Makmum tetap
berisikera untk memaafkan Ibrahim. Khalifah al Makmum termasuk khalifah yang
memerintah pada saat masa keemasan Abasiyah, beliau juga
seorang pencinta ilmu
dan pemerhati masalah social
seperti bapaknya Harun al Rasyid.
4. Al Muktasim
Nama aslinya
adalah Abu Ishak Muhammad al
Muktahim lahir tahun 187 H dan memerinah
tahun 467 -487 M, beliau dibesarkan dalam suasana
ketentaraan. Pada masa
khalifah al Makmum pendahulunya al Muktshim merupakan tangan kannnya bagi
menyelesaikan kesulitan dan memimpn
peperangan. Karena sikap keberanian dan tegas
itulah maka khalifah al
Makmum kakaknya melantiknya sebagai putra mahkota. Al Muktashim menjadi khalifah
setelah kakaknya al Makmum wafat. Al Muktasim memerintah pada masa Abasiyah
masih mengalami kejayaan peradaban
ilmu pengetahuan, beliau juga
terkenal sebagai pencnta ilmu
dan pengembangan ilmu pngetahuan.
Kebijakan Khalifah
Bani Abasiyah
Khalifah Abu Ja’far
al Mansur, khalifah ke dua dari pemerintahan bani Abasiyah
menetapkan tujuh kebijakan pemerintahan
Abasiyah sebagai kontrol pemerintahan.
Dan
tujuh kebijakan
ini telah menjadi pedoman bagi 9
khalifah Abasiyah pada fase pertama dalam menjalankan
pmerintahannya, meskipun mereka tidak
melaksanakannya secara utuh tujuh
kebijakan tersebut. Kebijakan
tersebut adalah;
1.
Memindahkan pusat kekuasaan bani Abasiyah
dari Hasyimiyah ke Bagdad
2.
Kota Bagdad sebagai
pusat kekuasaan Abasiyah di buka menjadi
kota pintu terbuka
untuk semua peradaban dari berbagai
bangsa masuk. Hal ini dilakuan oleh para khalifah melihat
pengalaman pola pengembanga budaya
dan ilmu masa bani Umaiyah
yang bersifat
arab oriyented, akibatnya
adalah budaya dan
ilmu pengetahuan menjadi lambat
berkembang.
3.
Ilmu pngetahuan di pandang
sabagai suatu yang sangat mulia dan berharga.
Para khalifah adalah
orang-orang yang sangat
mencintai ilmu dan membuka Kesempatan ilmu pengetahuan seluas-luasnya.
4.
Rakyat di beri kebeban berfikir serta memperoleh
hak asasinya dalam segala bidang Seperti; aqidah, ibadah, filsafat, dan ilmu pengetahuan.
5.
Para menteri keturnn Persia di beri hak
penuh untuk menjalankan pemerintahan
Sehingga mereka memegang peranan
penting dalam memajuankebudayaan dan
ilmu
6.
Pengetahuan. Berkat usaha
khalifah Abasiyah yang
sungguh-sungguh dalam membangun
ekonomi Islam, pemerinthan islam
Abasiyah memiliki perbendaharaan
harta yang cukup meLimpah di baitu maal hasil rampasan perang
dari kemenngan perang.
7. Dalam pengemngan ilmu pengetahuan para khalifah banyak yang mendukug perkembangan ilmu penetahuan, sehingga anyak buku-buku yang dikarang oleh ilmuan Dalam lembga-lembaga ilmu penegtahan yang di bangun untuk memfasilitasi kegiatan masyarakat dalam menimbah ilmu pengetahuan
Masyarakat dapat di bagi menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok petama , kelompok khalifah, terdiri dari khalifah dan keluarga, para pembesar dan pekerja yang bekerja di istanah, mereka di beri penginapan didalam wilayah istanah ( daarul khalifah). Kelompok kedua .yaitu kelompok masyarakat umum yang terdiri para guru, ulama, petani, buruh, filosof dan masyarakat pada umumnya. Tujuan dari pembagian menjadi dua kelompok masyarakat dimaksud agar pembagian tugas menjadi jelas, bukan justru untuk mebuat gep antara sesame masyarakat islam atau antara masyarakat Islam dengan masyarakat non Islam, meskipun kenyataan dalam masyaraka terjadi dikotomi dalam masyrakat Islam Abasiyah antara para pemebesar dengan masyarakat umum terjadi perbedaan kelas masyarakat..