Sabtu,31 Juli 2021
Aliran aliran ilmu
kalam
Aliran Khawārij
1.
Sejarah Khawārij
Istilah Khawārij berasal dari Bahasa Arab “khawārij”, yang berarti mereka yang
keluar. Nama ini digunakan untuk memberikan atribut bagi pengikut Ali bin Abi Ṭālib yang keluar dari golongannya dan
kemudian membentuk kelompok sendiri. Penamaan terhadap kelompok
yang keluar dari pasukan Ali bin Abi Ṭālib bukanlah julukan yang diberikan dari
luar kelompoknya saja, tetapi mereka juga menamakan diri dengan sebutan Khawārij dengan pengertian orang-orang yang keluar pergi perang untuk menegakkan
kebenaran
Nama lain
Khawārij adalah harūriyah yang
dinisbahkan kepada perkataan harur, yaitu
nama sebuah desa yang terletak di kota Kufah di Irak, dimana kaum Khawārij yang
berjumlah 12.000 orang bertempat sesudah memisahkan diri dari pasukan Ali. Di
sini mereka memilih Abdullāh bin Wahab al-Rasyidi menjadi imam sebagai ganti
Ali bin Abi Ṭālib.
Rekam jejak
kaum Khawārij telah ada sejak zaman Nabi Muhammad Saw. Diriwayatkan dari
sahabat Abu Sa’id al-Khudri ra, ia berkata: Ketika kami berada di sisi
Rasulullah Saw. dan beliau sedang membagi-bagi (harta), datanglah Dzul
Khuwaisirah dari Bani Tamim kepada beliau, ia berkata: “Wahai Rasulullah,
berbuat adillah!” Rasulullah Saw. pun bersabda: “Celakalah engkau! Siapa lagi
yang berbuat adil jika aku tidak berbuat adil? Benar-benar merugi jika aku
tidak berbuat adil.”
Maka Umar
bin Khaṭab ra. berkata: “Wahai Rasulullah, ijinkanlah aku untuk memenggal
lehernya!” Rasulullah berkata: “Biarkanlah ia, sesungguhnya ia akan mempunyai
pengikut yang salah seorang dari kalian dinilai bahwa salat dan puasanya tidak
ada apa-apanya dibandingkan dengan salat dan puasa mereka, mereka selalu
membaca al-Qur’an namun tidaklah melewati kerongkongan mereka, mereka keluar
dari Islam sebagaimana keluarnya anak panah dari ar-ramiyyah, dilihat nashl-nya
(besi pada ujung anak panah) maka tidak didapati bekasnya. Kemudian dilihat rishaf- nya (tempat masuk nashl pada
anak panah) maka tidak didapati bekasnya, kemudian dilihat dari nadhi-nya (batang anak panah) maka tidak
didapati bekasnya, kemudian dilihat qudzadz-nya
(bulu-bulu yang ada ada anak panah) maka tidak didapati pula bekasnya. Anak
panah itu benar-benar dengan cepat melewati lambung dan darah hewan buruan.
Ciri-cirinya: di tengah-tengan mereka; ada seorang laki-laki hitam, salah satu
lengannya seperti payu dara wanita atau seperti daging yang bergoyang-goyang,
mereka akan muncul di saat terjadi perpecahan di antara kaum muslimin.”
Timbul-tenggelamnya
Khawārij juga dapat dilacak pada akhir masa pemerintahan Utsman bin Affan. Dr.
Saleh bin Fauzan al-Fauzan menyatakan: “Mereka adalah orang-orang yang
memberontak di akhir masa pemerintahan Utsman
bin Affan yang mengakibatkan
terbunuhnya Utsman bin Affan”. Setelah pemerintahan dipegang oleh Ali bin Abi
Ṭalib, mereka juga memberontak dengan dalih, pemerintahan Ali telah menyalahi
hukum yang dibuat oleh Allah. Dalam perkembangan selanjutnya, kelompok Khawārij
selalu memberontak kepada pemerintahan yang sah. Hal ini sesuai dengan salah
satu doktrin politiknya, yaitu memberontak terhadap pemerintah dan memisahkan
diri dari jama’ah muslimin merupakan bagian dari agama.
As-Sahrastani
berkata: “Siapa saja yang keluar dari
ketaatan terhadap pemimpin yang sah, yang telah disepakati, maka ia dinamakan
khariji (seorang khawārij), baik keluarnya di masa sahabat terhadap al-Khulafa
ar-Rasyidin atau kepada pemimpin setelah mereka di masa tabi’in, dan juga
terhadap pemimpin kaum muslimin di setiap masa.”
Al-Imam
an-Nawawi berkata: “Dinamakan Khawārij
dikarenakan keluarnya mereka dari jama’ah kaum muslimin. Dikatakan pula karena
keluarnya mereka dari jalan (manhaj) jamaah kaum muslimin, dan dikatakan pula
karena sabda Rasulullah Saw. .: “Akan keluar dari diri orang ini…” (HR.
Muslim)
2. Aliran Syi’ah
Sejarah Syi’ah
Syi’ah menurut bahasa berarti sahabat atau pengikut.
Dalam kajian ilmu kalam, kata syi’ah lebih spesifik ditujukan kepada
orang-orang yang menjadi pengikut atau pendukung Ali bin Abi Ṭālib. Menurut
Macdonald, para pendukung Ali ini
tidak mau menerima penamaan diri mereka
dengan Syi’ah sebagai suatu golongan atau sekte, kaum sunni yang memberi nama
Syi’ah kepada mereka itu sebagai suatu ejekan. Tetapi menurut Watt, penamaan
Syi’ah terhadap para pendukung dan pengikut Ali itu bukanlah diciptakan oleh
lawan-lawan mereka, namun oleh mereka sendiri.
Menurut
As-Sahrastani, Syi’ah adalah nama kelompok bagi mereka yang menjadi pengikut (syaya’u) Ali bin Abi Ṭālib, dan
berpendirian bahwa keimaman/kekhalifahan itu berdasarkan pengangkatan dan
pendelegasian (nash- washiyah) baik
dilakukan secara terbuka maupun secara sembunyi-sembunyi atau rahasia, dan
mereka yang percaya bahwa keimaman itu tidaklah terlepas dari anak keturunan
Ali bin Abi Ṭālib.
Munculnya
aliran Syi’ah tidak dapat dipisahkan dari tokoh kontroversial yang bernama
Abdullāh Ibnu Saba’. Abdullāh Ibnu Saba’ adalah seorang pendeta Yahudi berasal
dari Yaman yang pura-pura masuk Islam. Sebagian ahli sejarah berpendapat
bahwa Abdullāh Ibnu Saba’ ini
masuk Islam dengan tujuan hendak merusak Islam dari dalam karena mereka tidak
sanggup mengacaukan dari luar.
Propaganda
yang pertama kali dilancarkan oleh Abdullāh Ibnu Saba’ adalah dengan cara
menyebarkan fitnah tehadap Khalifah Utsman bin Affan dan menyanjung-nyanjung
Ali bin Abi Ṭālib secara berlebih-lebihan. Propaganda ini mendapatkan sambutan
dari sebagian masyarakat Madinah, Mesir, Bashrah, dll. Dia sangat berani
membuat hadiś palsu yang bertujuan
mengagung-agungkan Ali bin Abi Ṭālib dan merendahkan Abu Bakar ash-Shiddiq,
Umar bin Khaṭab, dan Utsman bin Affan. Di antara propaganda Abdullāh Ibnu Saba’ adalah:
a. al-Wishoyah
Arti al-wishoyah adalah wasiat. Nabi Muhammad
Saw. berwasiat supaya khalifah (imam) sesudah beliau adalah Ali bin Abi Ṭālib,
sehingga beliau diberi gelar al-washiy (orang
yang diberi wasiat).
b. Ar-Raj’ah
Arti ar-raj’ah ialah kembali. Ibnu Saba’
menyampaikan bahwa Nabi Muhammad Saw. tidak boleh kalah dengan Nabi Isa As.
Kalau Nabi Isa As. akan kembali pada akhir zaman untuk menegakkan keadilan,
maka Nabi Muhammad Saw. lebih patut untuk kembali. Ali bin Abi Ṭālib juga akan
kembali di akhir zaman untuk menegakkan keadilan. Ia tidak percaya bahwa Ali
bin Abi Ṭālib telah mati terbunuh tetapi masih
hidup.
c. Ketuhanan Ali bin Abi Ṭālib
Ibnu Saba’
juga mempropagandakan paham bahwa dalam tubuh Ali bin Abi Ṭālib bersemayam
unsur ketuhanan. Oleh karena itu Ali bin Abi Ṭālib mengetahui segala yang gaib
, dan selalu menang dalam peperangan melawan orang kafir, suara petir adalah
suara Ali bin Abi Ṭālib , dan kilat adalah senyumannya.
3. Aliran Murji’ah
Sejarah Murji’ah
Kata murji’ah berasal dari bahasa Arab arja’a yang artinya menunda. Aliran ini
disebut Murji’ah karena mereka
menunda menghukumi persoalan konflik politik antara Ali bin Abi Ṭālib,
Mu’awiyah bin Abi Ṣufyān, dan Khawārij sampai pada hari perhitungan di akhirat
nanti. Karena itu mereka tidak ingin mengeluarkan pendapat tentang siapa yang
benar dan siapa yang salah di antara ketiga golongan tersebut.
Murji’ah
adalah salah satu aliran kalam yang muncul pada abad pertama hijriah.
Pendirinya tidak diketahui dengan pasti, tetapi Sahrastani menyebutkan dalam
bukunya al-Milal wa an-Nihal, bahwa
orang yang pertama membawa paham Murji’ah adalah Gailan ad-Dimasyqi.
Di antara
tokoh Murji’ah yang muncul pada abad pertama hijriyah adalah: Abu Hasan
ash-Sholihi, Yunus bin an-Namiri, Ubaid al-Muktaib, Bisyar al-Marisi, Muhammad
bin Karam. Aliran ini muncul sebagai reaksi dari beberapa paham yang ada pada
saat itu, misalnya:
a. Pendapat
Syi’ah yang menyalahkan bahkan mengkafirkan orang-orang
yang
dianggap merebut jabatan khalifah
Ali bin Abi Ṭālib .
b.
Pendapat Khawārij yang menghukum kafir
Mu’awiyah bin Abi Ṣufyān dan pendukungnya, karena merebut kekuasaan yang sah
yaitu Ali bin Abi Ṭālib, begitu juga mengkafirkan Ali bin Abi Ṭālib dan
pendukungnya karena menerima Tahkīm dalam perang siffin.
c. Pendapat
pengikut Mu’awiyah yang menganggap bahwa Ali bin Abi Ṭālib
terlibat dalam konspirasi
pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan.
d.
Pendapat sebagian pengikut Ali bin Abi Ṭālib
yang beranggapan bahwa Siti ‘Aisyah, Thalhah, Zubair dan siapapun yang terlibat
dalam perang jamal adalah salah.
Pada awalnya
kaum Murji’ah hanya terlibat dalam perdebatan di bidang siasah, politik dan
khilafah saja, tetapi dalam perkembangannya juga terlibat dalam bidang teologi Islam.
Tokoh-tokoh
lain yang lahir pada masa itu adalah: Hasan bin Bilal al-Muzni, Abu salat
as-Samman (w. 152 H), Tsaubah, Dhirar, bin Umar. Sedangkan penyair Murji’ah
yang terkenal pada masa Daulah Umaayyah adalah Tsabit bin Quthanah.