Jumat, 30 Juli 2021

Aqidah Akhlak XI MA

 Sabtu,31 Juli 2021


Aliran aliran ilmu kalam

Aliran Khawārij

1.  Sejarah Khawārij

Istilah Khawārij berasal dari Bahasa Arab “khawārij”, yang berarti mereka yang keluar. Nama ini digunakan untuk memberikan atribut bagi pengikut Ali bin  Abi Ṭālib yang keluar dari golongannya dan kemudian  membentuk  kelompok sendiri. Penamaan terhadap kelompok yang keluar dari pasukan Ali bin Abi Ṭālib bukanlah julukan yang diberikan dari luar kelompoknya saja, tetapi mereka juga menamakan diri dengan sebutan Khawārij dengan pengertian orang-orang yang keluar pergi perang untuk menegakkan kebenaran

Nama lain Khawārij adalah harūriyah yang dinisbahkan kepada perkataan harur, yaitu nama sebuah desa yang terletak di kota Kufah di Irak, dimana kaum Khawārij yang berjumlah 12.000 orang bertempat sesudah memisahkan diri dari pasukan Ali. Di sini mereka memilih Abdullāh bin Wahab al-Rasyidi menjadi imam sebagai ganti Ali bin Abi Ṭālib.

Rekam jejak kaum Khawārij telah ada sejak zaman Nabi Muhammad Saw. Diriwayatkan dari sahabat Abu Sa’id al-Khudri ra, ia berkata: Ketika kami berada di sisi Rasulullah Saw. dan beliau sedang membagi-bagi (harta), datanglah Dzul Khuwaisirah dari Bani Tamim kepada beliau, ia berkata: “Wahai Rasulullah, berbuat adillah!” Rasulullah Saw. pun bersabda: “Celakalah engkau! Siapa lagi yang berbuat adil jika aku tidak berbuat adil? Benar-benar merugi jika aku tidak berbuat adil.”

Maka Umar bin Khaṭab ra. berkata: “Wahai Rasulullah, ijinkanlah aku untuk memenggal lehernya!” Rasulullah berkata: “Biarkanlah ia, sesungguhnya ia akan mempunyai pengikut yang salah seorang dari kalian dinilai bahwa salat dan puasanya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan salat dan puasa mereka, mereka selalu membaca al-Qur’an namun tidaklah melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari Islam sebagaimana keluarnya anak panah dari ar-ramiyyah, dilihat nashl-nya (besi pada ujung anak panah) maka tidak didapati bekasnya. Kemudian dilihat rishaf- nya (tempat masuk nashl pada anak panah) maka tidak didapati bekasnya, kemudian dilihat dari nadhi-nya (batang anak panah) maka tidak didapati bekasnya, kemudian dilihat qudzadz-nya (bulu-bulu yang ada ada anak panah) maka tidak didapati pula bekasnya. Anak panah itu benar-benar dengan cepat melewati lambung dan darah hewan buruan. Ciri-cirinya: di tengah-tengan mereka; ada seorang laki-laki hitam, salah satu lengannya seperti payu dara wanita atau seperti daging yang bergoyang-goyang, mereka akan muncul di saat terjadi perpecahan di antara kaum muslimin.”

Timbul-tenggelamnya Khawārij juga dapat dilacak pada akhir masa pemerintahan Utsman bin Affan. Dr. Saleh bin Fauzan al-Fauzan menyatakan: “Mereka adalah orang-orang yang memberontak di akhir masa pemerintahan Utsman

bin Affan yang mengakibatkan terbunuhnya Utsman bin Affan”. Setelah pemerintahan dipegang oleh Ali bin Abi Ṭalib, mereka juga memberontak dengan dalih, pemerintahan Ali telah menyalahi hukum yang dibuat oleh Allah. Dalam perkembangan selanjutnya, kelompok Khawārij selalu memberontak kepada pemerintahan yang sah. Hal ini sesuai dengan salah satu doktrin politiknya, yaitu memberontak terhadap pemerintah dan memisahkan diri dari jama’ah muslimin merupakan bagian dari agama.

As-Sahrastani berkata: “Siapa saja yang keluar dari ketaatan terhadap pemimpin yang sah, yang telah disepakati, maka ia dinamakan khariji (seorang khawārij), baik keluarnya di masa sahabat terhadap al-Khulafa ar-Rasyidin atau kepada pemimpin setelah mereka di masa tabi’in, dan juga terhadap pemimpin kaum muslimin di setiap masa.”

Al-Imam an-Nawawi berkata: “Dinamakan Khawārij dikarenakan keluarnya mereka dari jama’ah kaum muslimin. Dikatakan pula karena keluarnya mereka dari jalan (manhaj) jamaah kaum muslimin, dan dikatakan pula karena sabda Rasulullah Saw. .: “Akan keluar dari diri orang ini…” (HR. Muslim)

2. Aliran Syi’ah

Sejarah Syi’ah

Syi’ah menurut bahasa berarti sahabat atau pengikut. Dalam kajian ilmu kalam, kata syi’ah lebih spesifik ditujukan kepada orang-orang yang menjadi pengikut atau pendukung Ali bin Abi Ṭālib. Menurut Macdonald,  para pendukung Ali ini tidak  mau menerima penamaan diri mereka dengan Syi’ah sebagai suatu golongan atau sekte, kaum sunni yang memberi nama Syi’ah kepada mereka itu sebagai suatu ejekan. Tetapi menurut Watt, penamaan Syi’ah terhadap para pendukung dan pengikut Ali itu bukanlah diciptakan oleh lawan-lawan mereka, namun oleh mereka sendiri.

Menurut As-Sahrastani, Syi’ah adalah nama kelompok bagi mereka yang menjadi pengikut (syaya’u) Ali bin Abi Ṭālib, dan berpendirian bahwa keimaman/kekhalifahan itu berdasarkan pengangkatan dan pendelegasian (nash- washiyah) baik dilakukan secara terbuka maupun secara sembunyi-sembunyi atau rahasia, dan mereka yang percaya bahwa keimaman itu tidaklah terlepas dari anak keturunan Ali bin Abi Ṭālib.

Munculnya aliran Syi’ah tidak dapat dipisahkan dari tokoh kontroversial yang bernama Abdullāh Ibnu Saba’. Abdullāh Ibnu Saba’ adalah seorang pendeta Yahudi berasal dari Yaman yang pura-pura masuk Islam. Sebagian ahli sejarah berpendapat

bahwa Abdullāh Ibnu Saba’ ini masuk Islam dengan tujuan hendak merusak Islam dari dalam karena mereka tidak sanggup mengacaukan dari luar.

Propaganda yang pertama kali dilancarkan oleh Abdullāh Ibnu Saba’ adalah dengan cara menyebarkan fitnah tehadap Khalifah Utsman bin Affan dan menyanjung-nyanjung Ali bin Abi Ṭālib secara berlebih-lebihan. Propaganda ini mendapatkan sambutan dari sebagian masyarakat Madinah, Mesir, Bashrah, dll. Dia sangat berani membuat hadiś palsu yang bertujuan mengagung-agungkan Ali bin Abi Ṭālib dan merendahkan Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khaṭab, dan Utsman bin Affan. Di antara propaganda Abdullāh Ibnu Saba’ adalah:

a.       al-Wishoyah

Arti al-wishoyah adalah wasiat. Nabi Muhammad Saw. berwasiat supaya khalifah (imam) sesudah beliau adalah Ali bin Abi Ṭālib, sehingga beliau diberi gelar al-washiy (orang yang diberi wasiat).

b.      Ar-Raj’ah

Arti ar-raj’ah ialah kembali. Ibnu Saba’ menyampaikan bahwa Nabi Muhammad Saw. tidak boleh kalah dengan Nabi Isa As. Kalau Nabi Isa As. akan kembali pada akhir zaman untuk menegakkan keadilan, maka Nabi Muhammad Saw. lebih patut untuk kembali. Ali bin Abi Ṭālib juga akan kembali di akhir zaman untuk menegakkan keadilan. Ia tidak percaya bahwa Ali bin Abi Ṭālib telah mati terbunuh tetapi masih hidup.

c.       Ketuhanan Ali bin Abi Ṭālib

Ibnu Saba’ juga mempropagandakan paham bahwa dalam tubuh Ali bin Abi Ṭālib bersemayam unsur ketuhanan. Oleh karena itu Ali bin Abi Ṭālib mengetahui segala yang gaib , dan selalu menang dalam peperangan melawan orang kafir, suara petir adalah suara Ali bin Abi Ṭālib , dan kilat adalah senyumannya.

 

3. Aliran Murji’ah

Sejarah Murji’ah

Kata murji’ah berasal dari bahasa Arab arja’a yang artinya menunda. Aliran ini disebut Murji’ah karena mereka menunda menghukumi persoalan konflik politik antara Ali bin Abi Ṭālib, Mu’awiyah bin Abi Ṣufyān, dan Khawārij sampai pada hari perhitungan di akhirat nanti. Karena itu mereka tidak ingin mengeluarkan pendapat tentang siapa yang benar dan siapa yang salah di antara ketiga golongan tersebut.

Murji’ah adalah salah satu aliran kalam yang muncul pada abad pertama hijriah. Pendirinya tidak diketahui dengan pasti, tetapi Sahrastani menyebutkan dalam bukunya al-Milal wa an-Nihal, bahwa orang yang pertama membawa paham Murji’ah adalah Gailan ad-Dimasyqi.

Di antara tokoh Murji’ah yang muncul pada abad pertama hijriyah adalah: Abu Hasan ash-Sholihi, Yunus bin an-Namiri, Ubaid al-Muktaib, Bisyar al-Marisi, Muhammad bin Karam. Aliran ini muncul sebagai reaksi dari beberapa paham yang ada pada saat itu, misalnya:

a.       Pendapat Syi’ah yang menyalahkan bahkan mengkafirkan orang-orang yang

dianggap merebut jabatan khalifah Ali bin Abi Ṭālib .

b.      Pendapat Khawārij yang menghukum kafir Mu’awiyah bin Abi Ṣufyān dan pendukungnya, karena merebut kekuasaan yang sah yaitu Ali bin Abi Ṭālib, begitu juga mengkafirkan Ali bin Abi Ṭālib dan pendukungnya karena menerima Tahkīm dalam perang siffin.

c.       Pendapat pengikut Mu’awiyah yang menganggap bahwa Ali bin Abi Ṭālib

terlibat dalam konspirasi pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan.

d.      Pendapat sebagian pengikut Ali bin Abi Ṭālib yang beranggapan bahwa Siti ‘Aisyah, Thalhah, Zubair dan siapapun yang terlibat dalam perang jamal adalah salah.

Pada awalnya kaum Murji’ah hanya terlibat dalam perdebatan di bidang siasah, politik dan khilafah saja, tetapi dalam perkembangannya juga terlibat dalam bidang teologi Islam.

Tokoh-tokoh lain yang lahir pada masa itu adalah: Hasan bin Bilal al-Muzni, Abu salat as-Samman (w. 152 H), Tsaubah, Dhirar, bin Umar. Sedangkan penyair Murji’ah yang terkenal pada masa Daulah Umaayyah adalah Tsabit bin Quthanah.


Ulangan harian Aqidah akhlaq XI MA

Soal Tryout UAMNUBK MA

 soal aqidah  Soal Try out Aqidah Akhlak UAMNUBK MA