Jumat, 29 Januari 2021

Aqidah Akhlaq XII MA

 Selasa 27 Juli 2021

Ragam Sifat tercelah

 

A.     Hoaks

1.           Pengertian Hoaks

Hoaks adalah berita bohong. Menyebarkan hoaks merupakan sikap tercela yang sering terjadi di zaman modern ini. Seringkali hoaks dibuat untuk menggiring pikiran manusia pada pandangan tertentu. Pandangan yang akan menyesatkan manusia dan menjauhkan mereka dari kebenaran berita. Orang yang menyebarkan hoaks ialah orang yang lemah imannya karena ia tetap menyebarkan hoaks meskipun mengetahui bahwa hoaks akan menimbulkan kekacauan atau karena ia tetap menyebarkan berita tanpa diklarifikasi kebenarannya dahulu.

Adanya hoaks merugikan tiap orang baik penyebarnya, sasarannya atau pun orang yang percaya dengan hoaksnya. Penyebarnya akan dijuluki sebagai pendusta, sasarannya akan buruk namanya, dan orang yang percaya dengan hoaks akan memiliki prasangka buruk pada sasaran hoaks. Oleh karena itu sebagai manusia yang dengan dibekali akal, sangat penting untuk kita berhati-hati dalam berbicara, tulus beribadah kepada Allah, dan tidak mudah percaya dan menyebarkan berita yang

belum terbukti kebenarannya. Allah Swt. berfirman:

 

“Sesungguhnya   jika   tidak   berhenti   orang-orang   munafik,   orang-orang   yang

berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah  (dari  menyakitimu),  niscaya  Kami  perintahkan kamu (untuk memerangi)

 

mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar, (QS. al-Aḥzāb [33]:60)

Hoaks bukanlah masalah yang baru dalam Islam. Hoaks pernah terjadi pada zaman Rasulullah. Hal itu terlihat pada kabar bohong yang ditimpakan kepada Siti ‘Aisyah, istri Rasulullah..

2.       Hoaks dalam Islam

Islam melarang menyebarkan berita yang belum terbukti kebenarannya karena akan menimbulkan fitnah di mana-mana. Hoaks akan menjadikan seseorang menjadi tidak dipercaya lagi di masyarakat. Oleh karena itu hoaks harus benar-benar dijauhi oleh semua orang. Di antara bahaya hoaks adalah

a.       Menyebabkan kepanikan masyarakat

Ketika mendengar suatu kabar, harusnya masyarakat membaca dan memahami kabar tersebut sebelum menyebarkannya. Butuh usaha untuk mengatakan bahwa kabar tersebut adalah benar. Akan tetapi, banyak orang yang malas memahami kabar yang muncul. Mereka hanya menggerakkan jempol pada perintah “share” sesaat setelah mengetahui adanya berita yang muncul. Perilaku membagikan kabar yang belum terverifikasi akan membuat kegaduhan pada orang-orang yang ada di sekitarnya. Kabar itu akan menimbulkan kepanikan-kepanikan sehingga berujung berbagai aksi kepada sasaran hoaks.

b.      Meretaknya hubungan masyarakat

Dengan adanya hoaks tentang seseorang atau kelompok tertentu, beberapa orang dan kelompok lainnya akan memiliki stigma negatif sesuai dengan hoaks yang disebarkan. Hal tersebut akan merenggangkan hubungan baik dalam masyarakat.

c.       Membuang waktu dan harta dengan sia-sia

Seseorang yang mencintai hoaks akan merelakan waktu dan hartanya mengalir dengan sia-sia. Ia mengorbankan waktu dan hartanya bukan untuk mencari keridhaan Allah melainkan hanya untuk bersenang-senang saja. Dengan adanya hoaks, dia rela menyisihkan waktu dan hartanya untuk melakukan aksi yang merupakan kelanjutan dari adanya hoaks..

d.      Dibenci oleh Allah Swt.

Allah mencintai kebaikan dan sangat membenci keburukan salah satunya yaitu penyebaran hoaks. Tidak akan ada kenyamanan bagi seorang yang

 

hidupnya hanya menyebarkan kebohongan. Bagi mereka adalah dosa yang amat berat kecuali bila mereka bertaubat dan tidak mengulangi perbuatannya.

Dengan banyaknya bahaya hoaks ini, kita memerlukan cara untuk menghindari perilaku menyebarkan hoaks. Beberapa caranya di antaranya adalah:

a.        Meningkatkan ketaatan kepada Allah

Hamba yang taat akan selalu berpegang teguh pada ajaran Allah. Ia akan memgedepankan prasangka baik daripada prasangka buruk kepada orang lain. ia juga tidak akan berbicara dan bertindak buruk kepada orang lain. Oleh karena itu, ia tidak akan mudah mempercayai kabar-kabar yang muncul, apalagi kabar yang dibuat-buat untuk merendahkan derajat seseorang atau kelompok.

b.        Menyaring Informasi

Apabila mendengar suatu informasi dari orang lain hendaknya kita mengklarifikasi kebenaran informasi itu sebelum menyebarkannya. Kita bisa memahami suatu berita dan membandingkannya dengan berita yang sama dari portal berita yang lain. Selain membandingkannya, kita bisa juga melihat bagaimana track record portal berita yang menyebarkan berita tersebut  sehingga kualitas berita dalam portal berita tersebut.

c.        Menyibukkan dengan hal positif

Cara menghindari hoaks juga bisa dilakukan dengan menyibukkan diri dengan hal positif. Seperti seorang yang sibuk dengan hobinya, ia tidak akan membuang waktunya untuk urusan-urusan lain di luar hobinya.

 

B.        Adu Domba

1.           Pengertian Adu Domba

Adu domba juga disebut dengan namīmah. Dalam KBBI, adu domba adalah menjadikan berselisih di antara pihak yang sepaham. Menurut al-Baghawi, adu domba adalah mengutip suatu perkataan dengan tujuan untuk mengadu antara seseorang dengan si pembicara. Menurut Imam al-Ghazali, adu domba adalah mengungkapkan sesuatu yang tidak suka untuk diungkap baik oleh orang yang mengungkapkan, orang yang diungkap, atau pun orang yang mendengar ungkapan tersebut, baik yang berupa perkataan maupun perbuatan, baik berupa aib atau pun pujian. Rasulullah Saw. bersabda:

 

“Dari Abdullah bin Mas’ud, sesungguhnya Muhammad berkata, “Maukah kuberitahukan kepada kalian apa itu al’adhhu? Itulah namimah, perbuatan menyebarkan berita untuk merusak hubungan di antara sesama manusia”. (HR. Muslim)

Sikap adu domba bertujuan untuk merusak hubungan manusia di mana hubungan baik akan berubah menjadi buruk, perselisihan akan kerap terjadi, dan saling mengejek atau pun menghina akan semakin marak diucapkan. Imam Nawawi berkata:

الن َمِيمَة نَقْل كَلَامِ الن َاسِ بَعْضِﻬِمْ إِلَى بَعْضٍ عَلَى جَِةِ الْإِفْسَادِ بَيْنﻬمْ

“Para ulama menjelaskan namimah adalah menyampaikan perkataan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak hubungan di antara mereka.”

 

2.           Adu Domba dalam Islam

Islam melarang umatnya melakukan adu domba karena menghancurkan hubungan yang sudah terbangun kokoh sehingga perintah untuk saling mengenal dan saling berbuat baik akan ditinggalkan. Selain hubungan yang akan hancur, adu domba akan memberikan beberapa dampak negatif lainnya, yaitu

a.       Mendapatkan siksa dan dosa

Rasulullah Saw. mengajarkan sahabatnya untuk tidak melakukan adu domba. Sikap itu akan membawa dosa dan siksa pada pelakunya dan kehancuran bagi orang-orang yang diadu domba. Rasulullah Saw. bersabda:

ع  “Dari Ibnu Abbas, ketika Rasulullah Saw. melewati sebuah kebun di Madinah atau Makkah beliau mendengar suara dua orang yang sedang disiksa dalam

kuburnya. Nabi bersabda, “Keduanya sedang disiksa dan tidaklah keduanya disiksa karena masalah yang sulit untuk ditinggalkan”. Kemudian beliau kembali bersabda, “Mereka tidaklah disiksa karena dosa yang mereka anggap dosa besar. Orang yang pertama tidak menjaga diri dari percikan air kencingnya sendiri. Sedangkan orang kedua suka melakukan adu domba”. (HR. Bukhari)

Selain pelaku adu domba akan mendapatkan siksa dan dosa, ia tidak

ditempatkan pada surga. Rasulullah Saw. bersabda:




Uji kompetensi Aqidah XII


ُ ُ


Soal Tryout UAMNUBK MA

 soal aqidah  Soal Try out Aqidah Akhlak UAMNUBK MA